Kisah Penjual Nasi yang Warungnya Dijarah dan Dihancurkan saat Demo 4 November
Ruslan mengibaratkan, pelaku penyerangan dan penjarahan warung nasinya seperti pelaku terorisme.
Berharap Bantuan Pemprov
Ruslani hanya duduk santai dan berbincang dengan saudaranya di depan warung saat Tribun menemuinya. Sesekali ia menoleh ke arah etalase tempat jualannya yang sudah porak-poranda.
Ia mengaku saat ini tengah bingung. Sebab, kerugian yang diderita akibat penyerangan dan penjarahan kelompok tersebut mencapai Rp10 juta.
Ia tak tahu bagaimana caranya mencari modal agar bisa kembali berjualan.
"Kisaran kerugian materil sekitar 10 juta, yang mahal etalase bisa Rp3 juta," ujar Ruslani.
Kini, ia hanya bisa berharap ada bantuan dana dari Pemprov DKI Jakarta agar dirinya bisa kembali berjualan.
"Saya juga bingung, minta ganti ke siapa. Karena orang-orang yang melakukan anarkis itu tidak mungkin mau tanggung jawab. Jadi, paling saya hanya bisa berharap pemprov DKI mau ulurkan tangan untuk bantu ganti rugi ke saya supaya bisa jualan lagi dan menafkahir anak istri," ucap Ruslani.
Ia menceritakan, pendapatannya bisa mencapai Rp2 juta setiap hari jika kondisi pembeli ramai.
"Cuma kemarin saya dagang lagi sepi baru dapat Rp300 ribu. Yah karyawan sementara menganggur, saya cuma bisa bilang ke mereka untuk sabar dulu, nunggu ada modal untuk jualan lagi," kata Ruslani.
"Ke depan hanya bisa nunggu izin dari pemilik ruko apa rukonya bisa dipakai untuk jualan lagi atau tidak, kalau boleh saya akan bereskan dan cari modal. Kalau nggak boleh, yah sementara saya menganggur. Makanya itu saya berharap bantuan pemerintah DKI Jakarta," kata Ruslani.
Ia pun berharap agar para pelaku penyerangan diproses hukum. "Saya serahkan masalah itu ke polisi," tukasnya.