Tribun Corner

Waspadai Ledakan Kasus Efek Rokok

Data pasien yang berobat inap maupun jalan terkait penyakit kanker cukup mencengangkan.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Ikrob Didik Irawan
MIRROR.co.uk
Ilustrasi: Batuli sanggup menghabiskan 30 batang rokok setiap hari 

TRIBUN hari ini merilis data dan informasi terkait peringatan ancaman penyakit terkait konsumsi rokok. Peringatan ini bukan yang pertama, namun rasanya perlu diulang-ulang mengingat data-data terbaru yang diperoleh dari RSUP dr Sardjito.

Data pasien yang berobat inap maupun jalan terkait penyakit kanker cukup mencengangkan. Di rumah sakit terbesar dan jadi rujukan berbagai daerah ini, ada 300 pasien menjalani perawatan kanker.

Pakar spesialis penyakit dalam, konsultan paru (KP) senior RSUP dr Sardjito, dr Sumardi Sp PD (K) memperingatkan, lima tahun hingga satu dekade mendatang kemungkinan akan terjadi ledakan penyakit yang diakibatkan konsumsi rokok.

Dari 300 pasien itu, mayoritas menderita kanker akibat konsumsi rokok langsung maupun tak langsung. Konsumsi langsung sudah jelas potensinya yang akan memicu berbagai penyakit dalam.

Semua organ yang ada di dalam tubuh bisa terserang. Mulai dari ujung kepala hingga ke bagian bawah tubuh. Paru-paru, jantung, maag lambung terus menerus, ginjal bisa berulah dan akhirnya tekanan darah tinggi dan bisa mengakibatkan

Efek kimiawi rokok juga bisa menyebabkan impotensi dan gangguan kehamilan. Sedangkan paparan tak langsung bisa menyerang tak hanya orang tua, tapi juga anak-anak. Bronkitis pada anak-anak bisa semakin berbahaya jika si anak tinggal di lingkungan perokok berat.

Berdasar survei sosial ekonomi nasional, lebih dari 90 persen perokok memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah. Perokok pasif bisa terpapar zat-zat beracun dari rokok saat berada di beberapa tempat, seperti rumah dan tempat kerja dan bisa lebih berat akibatnya.

Kondisi dan situasi seperti ini jelas sangat merisaukan masa depan generasi kita. Konsumsi rokok menurut data BPS DIY Maret 2016, di urutan kedua belanjanya setelah beras. Tingkat konsumsi ini memberi sumbangan besar pada tingkat kemiskinan.

Celakanya, konsumen rokok saat ini mayoritas ada di segmen masyarakat berpenghasilan rendah. Ketidakproduktifan konsumsi rokok di kalangan berpenghasilan rendah ini turut memicu banyak hal, yang semakin mempersulit mereka secara ekonomi dan sosial.

Sekalipun tak bermaksud mengabaikan aspek ekonomi dari kehadiran rokok dan tembakau, perlu dilakukan upaya sistematis dan lebih masif lagi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait aspek kesehatan.

Secara kultur dan kebiasaan, konsumsi rokok sudah berjalan ratusan tahun sejak penjelajah asing memperkenalkan tembakau kepada masyarakat di negeri ini. Seiring perkembangan teknologi, kemudian bermunculan produk rokok yang melibatkan banyak bahan kimiawi.

Kehadiran unsur-unsur kimiawi dalam produk rokok, sekalipun diklaim aman dikonsumsi, tetap berpotensi menimbulkan berbagai penyakit jika dikonsumsi terus menerus dan dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, peringatan ledakan penyakit akibat konsumsi rokok ini perlu dicermati dan jadi bahan introspeksi sungguh-sungguh. Masalah lain, gaya dan pola hidup masyarakat kian tahun kian tidak sehat, dan di situ pula letak penyumbang masalahnya. (***)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved