Baju dengan Nuansa Imlek Mulai Bermunculan

Imlek yang identik dengan berbagai aksesoris bernuansa China serta pakaian seperti Cheongsam kemudian dijadikan ide bagi para pengusaha pakaian.

Penulis: una | Editor: oda
tribunjogja/ronarizkhybunga
Di setiap menyambut Imlek Toko Batik Surya mendesain, kemudian memproduksi sendiri pakaian Cheongsam dengan tidak meninggalkan unsur batik di dalamnya. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rona Rizkhy Bunga Chasan

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Imlek agaknya menjadi momen penting tak hanya bagi keturunan Tionghoa tetapi juga bagi berbagai pihak. Misalnya saja para pengusaha pakaian.

Imlek yang identik dengan berbagai aksesoris bernuansa China serta pakaian seperti Cheongsam kemudian dijadikan ide bagi para pengusaha pakaian khususnya, untuk secara khusus merancang pakaian dengan nuansa Imlek.

Inilah yang terjadi pada salah satu toko pakaian batik yang berada di Jalan Malioboro. Di setiap menyambut Imlek Toko Batik Surya mendesain, kemudian memproduksi sendiri pakaian Cheongsam dengan tidak meninggalkan unsur batik di dalamnya.

Setelah berkecimpung didunia fashion selama kurang lebih 10 tahun ini, toko batik tersebut selalu menandai Imlek sebagai event tahunan yang wajib untuk dijadikan ide desain pakain mereka.

Kurang lebih sekitar 400 potong pakaian cheongsam dan Jibao dibuat sebulan sebelum Imlek. Namun, toko batik tersebut lebih mengutamakan untuk mendesain dress wanita daripada pakaian untuk pria.

Hal tersebut bukannya tidak beralasan, karena pada dasarnya pakaian wanitalah yang lebih bisa untuk didesain sedemikian rupa dengan tambahan pernak-pernik lainnya.

Berbeda dengan pakaian pria yang biasanya lebih monoton dan cenderung tidak banyak ornamen didalamnya.

Pakaian Cheongsam di toko tersebut dibandrol seharga Rp 600 ribu hingga Rp 800 ribu semua tergantung dari size masing-masing baju.

"Harganya berkisar dari Rp 600 ribu hingga Rp 800 ribu semua tergantung size nya. Dan tentunya pakaian kami itu best quality, produknya bagus dan tidak pasaran karena kami merancang dan menjahit semuanya sendiri, " ujar Kisdi selaku Supervisor Operasional.

Pakaian yang dibuat oleh toko batik tersebut tidak hanya dibuat untuk memenuhi kebutuhan tokonya sendiri namun, juga didistribusikan ke enam toko lainnya yang ada di sepanjang jalan Malioboro.

Selain itu, mereka juga selalu ikut ambil bagian dalam event-event fashion seperti yang biasa diselenggarakan di Mall.

Tak hanya itu saja, sebelum Imlek datang biasanya sudah jauh-jauh hari beberapa pihak memesan pakaian desain mereka melalui sistem online. Jadi, pakaian produk mereka bisa didistribusikan hingga keluar kota.

Sungguh kombinasi yang menarik ketika batik dijadikan bahan utama dalam membuat pakaian yang bernuansa Tionghoa. Bisa dibilang, toko batik tersebut hendak mengawinkan karya dari dua kebudayaan yang berbeda.

Imlek juga menjadi momen yang penting bagi pengusaha pakaian Imlek lainnya. Ada Sulastri, yang sudah menekuni penjualan shanghai fashion selama 8 tahun.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved