Gerhana Matahari Total 2016
10 Hal yang Perlu Anda Tahu Tentang Gerhana Matahari Total 9 Maret
Wilayah Indonesia menjadi yang paling beruntung terkait fenomena alam Gerhana Matahari Total pada Maret mendatang
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Apa yang terjadi ketika langit tiba-tiba gelap? Matahari seolah lenyap dari tempatnya. Dahulu kala, ketika pengetahuan manusia belum berhasil menyibak misteri dibalik fenomena ini, berbagai mitos berkembang dan begitu dipercaya oleh mereka yang berada di jamannya.
Semisal Bangsa Viking yang meyakini mitos bahwa Dewa Matahari telah dimakan oleh Serigala Skoll. Atau di Indonesia mitos yang menjelaskan bahwa Sang Surya telah dimakan oleh Batara Kala. Terdengar agak aneh untuk diterima oleh orang pada jaman modern, tapi itulah beberapa mitos untuk menjelaskan fenomena alamiah bernama Gerhana Matahari Total (GMT).
Adapun tahun 2016 Gerhana Matahari Total (GMT) akan kembali terjadi tepatnya pada 9 Maret mendatang. Ini akan menjadi kesempatan istimewa bagi para astronomer, pengamat fenomena alam lainnya, maupun bagi warga masyarakat.
Fenomena alam yang menarik ini bisa disaksikan di sejumlah provinsi di Indonesia. Saking menariknya fenomena ini, banyak wisatawan asing datang ke Indonesia. Begitu pula dengan sejumlah astronomer dari luar negeri sudah mempersiapkan mengambil data penelitian di Indonesia.
Wajar saja, peristiwa alam yang baru akan disaksikan lagi pada 40 tahun mendatang ini bahkan disebut sebagai fenomena alam di Indonesia yang menggemparkan dunia. Alasannya, sebagaimana dilansir KOMPAS, fenomena ini disebutkan di artikel "World events that'll shake up your 2016 vacation" yang diterbitkan oleh CNN Travel.
Penulis menyebutkan bahwa gerhana matahari terbaik dapat dilihat di Pulau Sulawesi. Ia menyebutkan selain memiliki keanekaragaman hayati dan pantai-pantai yang indah, Sulawesi adalah tempat yang cocok untuk melihat fenomena-fenomena di langit secara amatir.
Nah, apa saja hal menarik tentang GMT tahun 2016 ini? Simak uraiannya berdasarkan intisari rilis yang diterima TRIBUNJOGJA.com dari Yudhiakto Pramudya, di Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (Pastron UAD)
1. Matahari terlihat sama besar dengan bulan
Gerhana Matahari ini adalah peristiwa tertutupnya piringan Matahari oleh piringan Bulan. Hal yang menarik adalah meskipun ukuran diameter Matahari sekitar 400 kali lebih besar daripada diameter Bulan namun, piringan Matahari dan Bulan yang nampak oleh mata kita besarnya hampir sama, yaitu setengah derajat. Hal ini karena, Matahari terletak sekitar 400 kali lebih jauh daripada Bulan.
Gerhana Matahari memang terjadi pada saat posisi Bulan berada diantara Matahari dan Bumi. Dan posisi seperti ini terjadi setiap sebulan sekali dalam satu siklus Bulan mengelilingi Bumi atau dalam kalender Hijriah. Namun, tidak setiap bulan, Gerhana Matahari ini terjadi. Hal ini dikarenakan bidang edar Bumi mengelilingi Matahari dan bidang edar Bulan mengelilingi Bumi membentuk sudut sekitar 5 derajat. Sehingga, banyak kemungkinan, sinar Matahari tidak terhalangi oleh Bulan untuk sampai ke Bumi meski Bulan berada diantara Matahari dan Bulan.
2. GMT lintasi 12 Provinsi di Indonesia
Sebagaimana dilansir KOMPAS, Jalur totalitas gerhana membentang dari Samudra India hingga utara Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat. Jalur gerhana itu selebar 155-160 kilometer dan terentang sejauh 1.200-1.300 kilometer, yang kali ini melintasi 12 provinsi di Indonesia.
Provinsi-provinsi itu adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung. Selain itu, semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara), Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara juga dilintasi. Namun, tidak semua daerah di provinsi itu dilintasi jalur totalitas gerhana.
3. Pemerintah bentuk panitia nasional
Pemerintah khususnya LAPAN telah membentuk panitia nasional GMT 2016. Panitia Nasional ini mempersiapkan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat, promosi wisata GMT, dokumentasi dan penyiaran secara langsung GMT, bahkan membantu lancarnya kegiatan penelitian baik bagi peneliti dalam negeri maupun luar negeri. Panitia Nasional yang terdiri atas sejumlah institusi baik negeri maupun swasta telah melaksanakan launching hitung mundur GMT 2016 di Jakarta pada tanggal 14 Januari 2016 lalu