Situs Geoheritage Lava Bantal

Situs Geologi Purba Berusia Jutaan Tahun di Berbah Terancam Rusak

Batuan yang dibangun saluran irigasi tersebut adalah formasi semilir, yang tak terpisahkan dari kawasan geoheritage

Penulis: dnh | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.com | Mona Kriesdinar | Dwi Nourma Handito
Foto sebelah kiri merupakan pemandangan geoheritage Lava Bantal di Berbah, Sleman pada tahun 2012 silam. Sementara foto sebelah kanan merupakan foto kawasan tersebut diambil pada Desember 2015. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Puluhan pekerja tampak sibuk mengerjakan proyek saluran irigasi di samping aliran sungai opak, Jogotirto, Berbah. Proyek tersebut tidak terlalu istimewa, namun kawasan dari pembangunan saluran itulah yang bisa dinyatakan sebagai kawasan istimewa.

Bagaimana tidak, saluran irigasi yan tidak terlalu lebar tersebut memanjang dan membelah bebatuan yang ada di sisi timur sungai opak. Sedangkan kawasan tersebut merupakan bagian dari kawasan geoheritage lava bantal.


Alat berat sedang bekerja di proyek irigasi yang melintasi kawasan geoheritage lava bantal yang terletak di Jogotirto, Berbah, Sleman, pekan kemarin. Kawasan ini adalah satu dari sembilan kawasan geoheritage yang ditetapkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM Republik Indonesia pada tahun 2014 (TRIBUNJOGJA.com | Dwi Nourma Handito)

Saluran air yang dibuat oleh Bidang Sumber Daya Air PUP-ESDM DIY ini memang tidak merusak lava bantal yang berada di sisi barat.

Namun batuan yang dibangun saluran irigasi tersebut adalah formasi semilir, yang tak terpisahkan dari kawasan geoheritage.


Alat berat sedang bekerja di proyek irigasi yang melintasi kawasan geoheritage lava bantal yang terletak di Jogotirto, Berbah, Sleman, pekan kemarin. Kawasan ini adalah satu dari sembilan kawasan geoheritage yang ditetapkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM Republik Indonesia pada tahun 2014 (TRIBUNJOGJA.com | Dwi Nourma Handito)

Pantauan Tribun Jogja dalam beberapa hari pekan kemarin, proyek irigasi tersebut membelah formasi batuan semilir yang ada di sepanjang sisi timur sungai. Untuk pengerjaan di sisi selatan, pengerjaan menggunakan alat berat, untuk membelah batuan yang cukup dalam.

Batuan yang berwarna putih tersebut menurut Geolog sekaligus peneliti dari STTNAS Yogyakarta, Hill Gendoet Hartono merupakan hasil dari letusan gunung api purba yang dulu ada di Bayat, Klaten. Sementara lava bantal adalah hasil dari lelehan gunung api yang posisinya berada di sisi barat geoheritage lava bantal.


Kondisi geoheritage lava bantal di Berbah, Sleman. Foto diambil pada Desember 2015 (TRIBUNJOGJA.com | Dwi Nourma Handito)

Untuk diketahui, lava bantal atau pillow lava disisi barat sungai yang awal berasal dari lelehan lava gunung api purba di sisi barat sungai, berusia puluhan juta tahun. Lava bantal terbentuk dari aktivitas magmatik di laut dalam, dan menandakan dulu daerah tersebut adalah lautan dalam.

Meski berbeda, menurutnya batuan tersebut memiliki keterkaitan dengan lava bantal dan sangat disayangkan jika harus dirusak, termasuk terkena proyek saluiran irigasi. Meski batuan serupa juga dapat ditemui di tempat lain, namun untuk yang bersandingan dengan lava bantal, susah ditemui dan yang saat ini ada hanya di Berbah tersebut.


Kawasan geoheritage Lava Bantal di Berbah, Sleman pada 2012 silam (TRIBUNJOGJA.com | Mona Kriesdinar)

"Itu bagian dari situs lava bantal, memiliki keterkaitan. Itu menjelaskan bahwa yang satu adalah lelehan (lava bantal) dan yang satu adalah letusan (semilir). Untuk gunung api, lebih-lebih letusan gunung api yang jauh dari situ (Bayat)," ujarnya saat ditemui Tribun Jogja di kantornya pekan kemarin.
Perlu konservasi

Sehingga, lebih lanjut Hill menyebutkan bahwa kawasan geoheritage lava bantal tersebut adalah sebuah tempat yang sangat ideal. "Karakternya berbeda (lava bantal dan semilir) dan ditemukan dalam satu tempat, cukup ideal untuk pendidikan geologi dan kebumian pada umumnya," jelas pria yang pernah meneliti kawasan lava bantal dan dipublikasikan di Jurnal Geologi Indonesia tahun 2008 ini.


Sejumlah mahasiswa geologi sedang melakukan penelitian di kawasan Geoheritage Lava bantal di Berbah, Sleman. Foto diambil pada tahun 2012 lalu (TRIBUNJOGJA.com | Mona Kriesdinar)

Terkait dengan sudah ditetapkannya lava bantal sebagai kawasan geoheritage, menurutnya perlu ada evaluasi termasuk obyek infrastruktur yang ada di daerah tersebut. Terlebih luasan kawasan tersebut tidaklah terlalu luas dan itu harus dikonservasi sebaik mungkin.

Untuk itu harus ada batasan-batasan yang jelas mana-mana saja wilayah yang masuk kawasan tersebut. Selain juga kalau bisa dialihkan saluran irigasinya maka akan lebih baik. "Kalau bisa dialihkan (saluran irigasi) yang jauh dari situ kenapa enggak. Karena itu sangat penting," ujarnya.


Sejumlah mahasiswa geologi sedang melakukan penelitian di kawasan Geoheritage Lava bantal di Berbah, Sleman. Foto diambil pada tahun 2012 lalu (TRIBUNJOGJA.com | Mona Kriesdinar)

Sementara itu menurut Dwi, pengunjung yang pernah ke kawasan lava bantal mengatakan bahwa proyek irigasi yang ada cukup menggangu secara visual. Menurutnya seharusnya kondisi alam yang sangat unik di kawasan tersebut bisa dipertahankan.

"Sangat disayangkan sekali jika bukti sejarah yang berusia jutaan tahun harus rusak karena pembangunan, meski bukan lava bantalnya tapi seharusnya sebuah kawasan bisa tetap terjaga," ujarnya. (dnh)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved