Tiap Musim Mudik, Kakek Ini Jaga Perlintasan Kereta Tanpa Palang

Sukirman (65) adalah satu petugas tambahan yang menjaga perlintasan kereta tanpa palang pintu di dusun Tapen, Argosari, Sedayu.

Penulis: apr | Editor: oda
tribunjogja/anas apriyadi
Sukirman menjaga perlintasan tanpa palang pintu saat ada kereta lewat 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Anas Apriyadi

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Banyaknya perlintasan rel kereta api tanpa palang pintu di Yogya tentu berbahaya bagi pengguna jalan, apalagi di masa mudik lebaran 1436 H kali ini dimana arus kendaraan baik di jalan umum maupun kereta api pasti meningkat.

Mengantisipasi kecelakaan, di masa mudik lebaran, Daop VI PT KAI Yogyakarta, menempatkan sejumlah penjaga perlintasan kereta tambahan di beberapa perlintasan kereta tak berpalang pintu.

Sukirman (65) adalah satu petugas tambahan yang menjaga perlintasan kereta tanpa palang pintu di dusun Tapen, Argosari, Sedayu.

Ditemui saat bertugas, kakek yang selalu memakai pakaian linmas saat menjaga perlintasan ini tengah berteduh di tenda sederhana dari terpal di pinggir perlintasan.

Mbah Sukirman dengan sigap berdiri memberi aba-aba di pinggir rel ketika ada pengguna jalan yang akan melintasi rel, juga ketika ada kereta api yang mendekat, ia harus memastikan pengguna jalan berhenti sejenak dan tidak nyelonong agar tidak terjadi kecelakaan.

"Kalau ada kereta datang, dari jauh saya bisa merasakan jadi harus segera siap," ujarnya pada Rabu (15/7/2015).

Sukirman mengaku telah sejak tujuh tahun yang lalu selalu ditugaskan oleh menjadi penjaga perlintasan tambahan oleh Stasiun KAI Rewulu, Sedayu.

Meski begitu ia yang sehari-hari bekerja sebagai petani hanya akan ditugaskan ketika musim mudik tiba dengan waktu tugas dari jam enam pagi, hingga enam petang.

"Kadang kalau malam saya juga ke sini, saya gelar tikar di pinggir jalan sambil tiduran." ungkapnya.

Di luar masa mudik, Ia tidak mendapat tugas sehingga kembali menjalani pekerjaan sehari-harinya sebagai petani.

"Saya dapat tugas hanya kalau mudik seperti ini, kecuali kalau di kampung ada sripah saya juga sering menjaga, tapi itu dari masyarakat," tuturnya.

Sukirman harus bertugas mulai H-10 lebaran pada 2 Juli 2015, hingga 27 Juli 2015, termasuk bertugas pada hari lebaran. Meski begitu Ia tetap siaga menjalani tugasnya demi keselamatan pengguna jalan dan jalur kereta api.

Setiap bertugas di masa mudik ia mendapat honor sebesar Rp 60 ribu tiap harinya. "Syukur-syukur kalau ditambah, pekerjaan seperti ini menjalaninya ngelangut dari munculnya matahari sampai matahari terbenam," ujarnya.

Hidup Sukirman memang tidak bisa dilepaskan dari dunia perkeretaapian, pada masa mudanya. Ia pernah menjadi petugas yang melakukan perawatan pada jalur rel di Sedayu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved