Ini Penjelasan Ilmiah Fenomena Banyaknya Cacing Muncul ke Permukaan Tanah
Keluarnya cacing dari tanah tidak bisa dijadikan indikator akan terjadi bencana.
Penulis: mrf | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Kalangan akademisi dan peneliti menyarankan agar masyarakat tidak mencerna mentah-mentah, terkait fenomena banyaknya cacing yang muncul ke permukaan tanah di Bantul.
Hal ini lantaran keluarnya cacing dari tanah tidak bisa dijadikan indikator akan terjadi bencana.
Ketua Pusat Studi Bencana (PSBa) UGM, Dr Djati Mardiatno mengatakan, keluarnya cacing dari tanah dalam keadaan lemas belum bisa dijadikan indikator akan terjadinya gempa.
Menurutnya indikator yang sering dijadikan patokan adalah keluarnya ular, bukan cacing tanah.
“Dari kajian selama ini, keluarnya cacing dari tanah belum bisa dijadikan indikator. Biasanya yang dijadikan patokan adalah keluarnya ular. Meski begitu, indikator dari ular sendiri juga banyak melesetnya,” ungkap Djati saat dihubungi Tribun Jogja, Rabu (3/6/2015).
Terkait adanya cacing yang keluar dari tanah dalam kondisi lemas, Djati menduga bahwa hal tersebut dikarenakan cuaca.
[baca: Fenomena Banyak Muncul Cacing di Wilayah Bantul]
Suhu yang cukup panas akhir-akhir ini, Djati menduga, membuat cacing keluar dari tanah. Sama halnya dengan laron saat pergantian cuaca.
“Laron ketika musim kemarau, biasanya keluar. Saat musim hujan juga pindah rumah ke tempat yang lebih tinggi. Kalau cacing karena tidak punya tempat yang lebih tinggi, jadi keluar dari tanah,” kata Djati yang juga dosen di Fakultas Geografi UGM ini.
Djati mengungkapkan, hingga saat ini sebenarnya belum ada alat atau indikator yang benar-benar valid dalam memprediksi akan terjadinya gempa.
Memang saat ini ada alat yang diyakini dapat memprediksi gempa yakni precursor, namun alat tersebut hingga kini masih menjadi perdebatan.
“Precursor mendeteksi anomali elektromagnetik, pergerakan lempeng. Tapi alat itu masih belum bisa dijadikan indikator akan terjadinya gempa. Alat itu sampai sekarang masih menjadi perdebatan,” papar Djati.
Djati pun menyarankan agar masyarakat tidak terlalu menanggapi isu keterkaitan antara keluarnya cacing dari tanah dengan gempa.
“Kalau untuk waspada boleh, tetapi untuk dijadikan acuan jangan. Sampai sekarang belum ada indikator pasti untuk mendeteksi gempa,” imbuhnya.
Senada dengan Djati, dosen Fakultas Biologi UGM, Rr Upiek Ngesti mengungkapkan, fenomena keluarnya cacing dari tanah di Bantul tidak bisa jika langsung dikaitkan dengan gempa.
Melihat fenomena cuaca yang terjadi belakangan ini, Upiek menduga hal tersebut terjadi karena cuaca yang panas.
Upiek mengatakan, seekor cacing hanya dapat hidup di lingkungan yang lembab di kedalaman tanah hingga 25 cm. Lanjut Upiek, cuaca yang terik sekarang ini membuat tanah terlalu kering. Sehingga tak heran jika cacing keluar dari tanah.
“Terlalu jauh jika fenomena keluarnya cacing dibuat untuk penanda akan datangnya gempa. Cacingnya keluar akhir-akhir ini kan? Ini bisa karena tanah yang terlalu kering sebab cuaca yang panas,” terang dosen penerima penghargaan Satyalancana dari Presiden ini.
Meski demikian, apa yang Upiek katakan masih merupakan dugaan. Upiek mengaku dalam waktu dekat ingin meneliti terkait alasan keluarnya cacing dari tanah tersebut. Tetapi dia berani memastikan, fenomena keluarnya cacing bukan merupakan tanda bencana. (*)