Liputan Khusus Penipuan Iuran Sampah
Praktik Penipuan Sasar Toko yang Baru Beroperasi
R Yuanita, karyawan butik di Kawasan Seturan Caturtunggal Depok menyadari kejanggalan iuran sampah yang diberikan pada petugas yang memungut iuran
Penulis: Hendy Kurniawan | Editor: tea
Laporan Reporter Tribun, Hendy Kurniawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - R Yuanita, karyawan butik di Kawasan Seturan Caturtunggal Depok menyadari kejanggalan iuran sampah yang diberikan pada petugas yang memungut iuran. Yuanita menghubungi sang bos melalui ponsel. Dia menjelaskan apa yang baru saja dialami malam itu. Benar saja, si bos mengatakan jika tidak pernah berlangganan pengelolaan sampah. "Kamu sudah ketipu," ujar dia menirukan ucapan si bos.
Setelah melakukan kroscek ke tetangga, Yuanita mendapati modus serupa pernah dipraktikkan kepada penyewa atau pemilik toko lain. Hanya saja besarannya tagihan dan orangnya berbeda. Rata-rata di kisaran Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu.
Diduga kuat, praktik penipuan seperti ini memang menyasar toko yang baru saja beroperasi. Memanfaatkan kelengahan pemilik yang belum sempat berkoordinasi dengan pemangku wilayah.
Seorang pengelola kedai makan di wilayah Catur Tunggal, Dino AM juga sempat mengalami kejadian serupa. Dia sempat didatangi seorang pria untuk memungut iuran sampah. Namun karena merasa tidak pernah berlangganan jasa itu, Dino menolak tagihan tersebut.
Dino mengisahkan, awalnya tak ada kecurigaan penagihan iuran sampah adalah praktik penipuan. Saat itu dia hanya mengira orang tersebut salah alamat, hendak menagih rumah makan lain.
Hanya, pria asal Sulawesi Selatan ini tak ingat betul berapa besaran tagihan iuran sampah. Pastinya pengelolaan sampah di kedai makannya dilakukan sendiri tanpa menggunakan jasa orang lain. "Kalau engga salah tagihannya sekitar ratusan ribu gitu lah," ujar Dino.