Liputan Khusus
Menelusuri Jejak Jalur KA Yogya-Magelang
Sekitar 39 tahun lalu jalur kereta api (KA) Yogyakarta-Magelang resmi ditutup
Penulis: Hendy Kurniawan | Editor: Rina Eviana Dewi

Babinsa Koramil Sleman, Sersan Mayor Suwarsono, membenarkan jika bangunan itu bekas Stasiun Beran. Peralatan tuas pemindah sinyal perjalanan KA pun masih bisa ditemukan di bangunan itu.
Kini alat yang bertuliskan Alkmaarscheyzer Metaal Gietery diletakkan di ruang parkir Koramil Sleman. "Benar dulu kantor ini bekas Stasiun Beran. Saya memang tidak menangi, tapi cerita dan bukti (bekas stasiun) masih ada," kata Suwarsono.
Menurutnya, kantor Kormamil Sleman kerap didatangi anak sekolah untuk melihat sisa peninggalan stasiun. Namun demikian, Suwarsono tidak mengetahui secara pasti kapan stasiun Beran dinonaktifkan.
Beranjak ke barat, sisa peninggalan jalur KA Yogyakarta-Magelang semakin terlihat jelas. Jembatan rel Pangukan di atas Sungai Bedog yang berdampingan dengan jembatan Jalan KRT Pringgodiningrat Pangukan masih berdiri kokoh.
Meski sudah lama tak digunakan, jembatan yang menggunakan engsel gerak di tiap ujugnya sebagai peredam kejut ketika KA melintas ini masih sangat terawat.
Bahkan Pemda DIY menetapkannya sebagai bangunan cagar budaya. Ditunjukkan dengan prasasti yang menempel di tiang pancang jembatan.
Jembatan Ganjuran
Jalur rel KA tersebut kemudian membujur ke arah barat laut. Beberapa ruas rel masih terlihat di sepanjang wilayah Pangukan. Bahkan pondasi bekas bangunan halte Pangukan pun masih tersisa. Walaupun sebagian besar rel sudah tertimbun trotoar maupun taman kota.
Rel kembali sejajar dengan Jalan Magelang, tepatnya di simpang tiga Pasar Sleman dahulu terdapat pemberhentian KA yang dikenal dengan nama halte Sleman. Berbeda dengan halte Pangukan, halte Sleman tak lagi berbekas.
Mulai dari halte Sleman, jalur rel KA berada di sejajar dengan Jalan Magelang sampai ke wilayah Dusun Ganjuran. Pada wilayah ini terdapat simpang rel yang mengubungkan dengan pabrik gula Medari untuk KA barang.
Sedang untuk KA barang dan penumpang jalur Magelang, rel berbelok ke kiri menjauh dari ruas Jalan Magelang. Sisa peninggalan jalur rel tersebut yang melintasi Dusun Ganjuran masih bisa dilihat.
Yakni dua jembatan rel yang satu di antaranya hingga kini dimanfaatkan penduduk untuk jembatan penyeberangan Kali Medari. Nomor seri jembatan tersebut (61) pun masih tampak berada di bagian atas cor tiang pancang.
Selepas dua jembatan itu, Tribun menyusuri ke arah utara. Melewati perkampungan padat penduduk di dusun Ganjuran Caturharjo Sleman, terdapat bangunan bekas Stasiun Medari. Kondisinya relatif utuh dan kini dimanfaatkan sebagai Balai Pos Yandu.
Warga sekitar, Suyitno (59), masih mengenang sedikit kisah saat stasin itu masih aktif. Lalu lintas penumpang maupun barang yang berhenti di Stasiun di dekade 1960-an menurutnya cukup ramai.
Didominasi oleh para pedagang yang akan menjajakkan hasil hasil bumi dari Yogyakarta ke Magelang maupun sebaliknya. "Dulu KA yang lewat sini sampai ke Temanggung juga. Saya juga sering diajak orangtua naik KA sampai Blabak dan Mertoyudan (Magelang)," kenangnya.(hdy)