Aktivitas Gunung Merapi Meningkat

Bagaimana Terjadinya Letusan Freatik di Merapi? Ini Penjelasannya

Aktivitas freatik ini cenderung tak dapat dideteksi karena tidak menunjukkan gejala apapun

Penulis: esa | Editor: Mona Kriesdinar
zoom-inlihat foto Bagaimana Terjadinya Letusan Freatik di Merapi? Ini Penjelasannya
Tribun Jogja/dok
Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo

SUBANDRIYO
Kepala BPPTKG Yogyakarta

Superficial

LETUSAN Merapi kali ini sifatnya freatik, sama halnya peristiwa 22 Juli 2013. Aktivitas freatik ini cenderung tak dapat dideteksi karena tidak menunjukkan gejala apapun. Bahkan seismograf milik BPPTKG masih menunjukkan tanda normal sebelum letusan.

Hal itu berbeda dengan aktivitas magmatis yang biasanya diawali sejumlah gejala, misalnya kegempaan, deformasi, dan lain sebagainya.

Letusan freatik bisa terjadi akibat hujan deras yang mengguyur kawasan puncak selama empat hari terakhir dengan intensitas mencapai 50 mm/hari.

Air hujan yang meresap ke permukaan kawah, menerobos ruang-ruang di sumbat lava, lantas bereaksi ketika bertemu panas di pipa menuju magma Merapi yang saat ini kondisinya "matang", suhunya sangat tinggi.

Interaksi antara magma yang sangat panas dengan air hujan yang dingin menyebabkan tekanan uap secara mendadak. Tingginya tekanan uap itulah mencari jalan keluar dan ketika menemukan jalur energinya terlepas seketika.

Tersemburlah material abu, pasir dan kerikil membentuk kolom asap berwarna hitam pekat setinggi 2.000an meter. Material abu halus terbawa angin yang bertiup kencang dari barat ke timur hingga radius puluhan hingga ratusan kilometer.

Sedangkan material pasir dan kerikil hanya terlontar dan jatuh di sekitar kawasan puncak. Meski demikian, interaksi air hujan dan panas magma tak selalu menyebabkan letusan freatik.

Sekali lagi, reaksi itu yang ditandai kolom asap setinggi 2.000 meter ada karena kondisi magma Merapi sedang matang. Jika tidak, hujan deras atau gempa lebih besar belum tentu memicu letusan.

Status Merapi masih Aktif Normal sebab letusan freatik sifatnya superficial, sesaat kemudian selesai. Tidak diikuti aktivitas vulkanis berikutnya. Aktivitas semacam itu sudah terjadi beberapa kali sejak erupsi 2010.

Letusan itu juga diprediksi tidak menyebabkan perubahan morfologi pada Merapi. Sebab berdasarkan rekaman seismograf, tidak ditemui adanya aktivitas berupa guguran di dinding kawah Merapi.(esa)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved