Kedelai Mahal
Pengusaha Tempe di Gunung Kidul Terancam Bangkrut
Pengusaha tahu dan tempe di Gunungkidul mulai merasakan dampak terhadap naiknya harga kedelai di pasaran.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: tea

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pengusaha tahu dan tempe di Gunungkidul mulai merasakan dampak terhadap naiknya harga kedelai di pasaran. Produsen tempe khawatir bahwa dengan kenaikan kedelai ini akan semakin memperburuk keadaan di pasaran.
“Dengan kenaikan harga itu, jelas sekali dampaknya besar,” ungkap salah satu produsen tempe di Gunungkidul, Tri Atmaji (35) kepada Tribun Jogja, Kamis (26/7/2012).
Ia menyadari bahwa sejauh ini banyak pengusaha kecil seperti dirinya yang semakin tercekik dengan harga kedelai tersebut. Ia menjelaskan saat ini ongkos produksi tidak sebanding dengan keuntungan. “Bisa dikatakan kami malah merugi,” keluhnya.
Dengan kenaikan tersebut beberapa hari terakhir ia mengurangi produksi tempe sekitar 50 persen. Dari biasanya 80 kilogram saat ini hanya berproduksi 50 kilogram. Tri juga yakin bahwa hampir semua pengusaha tahu tempe di Gunungkidul, menerapkan hal serupa. “Untuk menjaga kelangsungan keberadaan produk di pelanggan agar tidak kecele. Kami juga terpaksa mengurangi ukuran tempe,” imbuhnya.
Sementara produsen tempe di dusun Trimulyo, Kepek, Wonosari ini juga berharap agar pemerintah segera campur tangan untuk segera menuntaskan persoalan ini. Harapannya tidak muluk-muluk selain harga kedelai dapat kembali normal seperti biasanya. “Bisa juga ada solusi dan subsidi terkait hal ini. Soalnya menyangkut hidup ribuan jiwa yang bergantung dari usaha ini,” tandasnya.(*)