RUUK DIY
Simon Merasa Hutang Budi
Terkait dengan proses RUUK DIY Soekeno, jika hal tersebut juga mendasari sebagai bentuk dukungan nyata terhadap Keraton.
Penulis: Hendy Kurniawan | Editor: tea

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Terkait dengan proses RUUK DIY yang selama ini menghangat, diakui Soekeno, jika hal tersebut juga mendasari sebagai bentuk dukungan nyata terhadap Keraton.
"Ya, kami mendukung keistimewaan DIY. Apapun risikonya, teman teman komunitas Tionghoa Yogyakarta tak merasa ragu ragu dengan keputusan membela keraton ini. Sebab, ini sebagai momentum tepat untuk berkontribusi secara moral yang bisa kami berikan," ucapnya.
Sedangkan menurut perwakilan masyarakat Tionghoa Yogyakarta lainnya, Antonius Simon, merasa jika komunitasnya memiliki hutang budi kepada Keraton. Dengan ruang yang diberikan untuk berekspresi di semua bidang, mulai leluhur mereka di zaman Sri Sultan HB VIII sampai sekarang.
"Apa yang kami berikan memang belum ada nilainya dengan jasa Keraton. Kami sangat merasa nyaman tinggal di kota ini, lengkap dengan pengayoman yang diberikan. Kami memang belum bisa berbuat banyak kepada kota ini, tapi kami selalu berusaha seoptimal mungkin. Tentu dengan bimbingan bimbingan dari Ngerso Dalem," kata Simon.
Pertemuan yang berlangsung santai dan akrab selama lebih kurang satu jam ini, diapresiasi oleh GBPH Hadiwinoto yang juga adik Sri Sultan HB X.
"Saya mewakili keraton mengucapkan terima kasih, karena mereka juga bagian dari Kawulo Ngayogyakarto. Jadi supaya bukan hanya masalah RUUK saja, tapi juga konflik horizontal tahun 1982 dan 1998 ini kan kami merangkul. Artinya memberikan pengayoman kepada semua pihak, agar merasa nyaman tidak hidup dalam bayang bayang ketakutan," urai Gusti Hadi. (Tribunjogja.com)