Tebing Rengkah di Tepi Kawah (3)
Erupsi 2010 telah menggerus mitos ilmu titen yang diyakini masyarakat sekitar terkait aktivitas Merapi
Editor:
Setya Krisna Sumargo
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Setya Krisna Sumargo
LETUSAN 2010 sangat menarik dari sisi kesejarahan dan kevulkanologian mengingat sifat eksplosifnya. Kepala BPPTK Yogyakarta, Drs Subandriyo MSi, menyebut erupsi 2010 telah menggerus mitos ilmu titen yang diyakini masyarakat sekitar terkait aktivitas Merapi.
Mengenai morfologi puncak Merapi sekarang yang dikelilingi tebing-tebing runcing, tampak tipis dan labil, Sapari Dwiono menepis kemungkinan longsoran (avalanche) dalam volume besar. "Struktur tebing itu solid dan kuat," kata Sapari yang tak terhitung lagi naik turun puncak Merapi.
"Seperti Kubah Lava 54, yang ujungnya sekarang jadi titik tertinggi di puncak, strukturnya sangat kuat, memanjang dari puncak ke pelataran Pasar Bubrah, lava flownya terus menuruni lereng barat laut. Jadi kecil kemungkinan longsor atau runtuh dalam volume besar," imbuhnya.
Begitu pula puncak kubah lava 1999-2001 dan kubah lava 97, meski dari jauh terlihat runcing, tipis dan rengkah-rengkah, masih sanggup bertahan kecuali ada desakan dari dalam disusul pelepasan energi dari dalam dengan skala luar biasa.
"Kalaupun ada guguran, itu material yang memang mudah lepas, dan guguran akan cenderung masuk ke kawah, bukan ke lerengan luar," terang Sapari yang meyakinkan pola erupsi Merapi ke depan sudah dipastikan arahnya mengingat bukaan kawah ke tenggara.
Dari geligir puncak gunung anyar, menyaksikan deretan tebing-tebing rengkah yang mengelilingi kawah, kegarangan erupsi Merapi menampilkan wajah eksotiknya. Alam sungguh tak bisa dilawan karena ia bekerja dengan caranya sendiri.(Tribunjogja.com)
Berita Terkait