RUUK DIY

Mantan Prajurit Plangkir Pakualaman Inginkan Penetapan

"Saya datang ke sini karena ingin mendukung keistimewaan sejarah."

Editor: Sulistiono
Laporan : Obed Doni Ardiyanto

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Seorang pria berambut putih berada di rombongan kirab yang mengenakan baju beskap biru dan kain batik serta blangkon. Orang tua yang membawa bendera Keraton Pakualaman Yogyakarta itu berjalan dari depan Kantor Pos Besar Yogyakarta menuju depan Benteng Vrendeburg.

"Saya datang ke sini karena ingin mendukung keistimewaan sejarah. Ini mengingat kembali saat DIY melindungi pemerintah dari penyerbuan penjajah di Jakarta," ucap Warso Wiharyo (75), saat sedang duduk menanti kirab budaya pengukuhan 'Yogyakarta Kota Republik', di Jalan Malioboro, Selasa (4/1/2011).

Sambil menerangkan sejarah Yogyakarta menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada masa Presiden Soekarno, mantan prajurit Plangkir Pakualaman itu mengatakan bahwa dirinya mendukung penetapan Sri Sultan Hamengku Buwono sebagai gubernur DIY.

"Kita butuh penetapan, tapi harus berfikir juga. Usia pemimpin harus usia produktif, sehingga perlu dibatasi," jelas pria yang memakai alat bantu pendengaran itu.

Ia mengatakan, ketika ada batasan usia yang jelas, maka penerusnya bisa dimusyawarahkan pihak keraton. "Sekarang ini kan era demokrasi. Daripada uang daerah dihambur-hamburkan untuk pemilu daerah, lebih baik digunakan untuk kesejahteraan rakyat," kata pria yang datang ke pengukuhan 'Yogyakarta Kota Republik' bersama 30 mantan prajurit Plangkir Pakualaman lainnya itu.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved