Yogyakarta
Pemprov DIY Evaluasi Penataan Konsep Pedestrian Malioboro
Hal yang paling penting adalah pemeliharaan infrastruktur dan juga penjagaan aset yang sudah dibangun.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Gatot Saptadi mengatakan, ada sejumlah hal yang perlu dievaluasi dalam penataan konsep pedestrian di Malioboro.
Hal yang paling penting adalah pemeliharaan infrastruktur dan juga penjagaan aset yang sudah dibangun.
“Ada banyak ide yang muncul dari gagasan dan ide dari evaluasi ini. Perlunya kelembagaan juga menjadi pembelajaran,” jelas Gatot pada Tribunjogja.com, Rabu (19/6/2019).
• 5 Inspirasi Gaya Lebaran Ala Yaseera yang Bakal Bikin Penampilanmu Tetap Kece
Hal ini dikemukakan Gatot menanggapi masih banyaknya sampah di sepanjang Malioboro maupun terkait berbagai fasilitas yang sudah mulai rusak.
Dia juga menegaskan pihaknya bukan tidak percaya pada pengelolaan Malioboro saat ini.
“Artinya wacana untuk menyelesaikan ini mungkin sekali kalau ada badan untuk koordinasi, bukan tidak percaya pada yang mengelola sekarang tapi ada masalah yang belum tertangani,” ujarnya.
Untuk pemeliharaan ini, kata dia, juga bukan sekadar terkait dengan kelembagaan saja.
Tetapi, peran semua pihak yang terlibat dalam Malioboro menjadi penting.
• Kesenian Desa dari Seluruh DIY Diusulkan Bisa Unjuk Gigi di Jalan Malioboro
Pemeliharaan infrastruktur ini bisa melibatkan masyarakat seperti pengusaha toko, PKL, dan masyarakat.
“Untuk membangun memang mudah, tetapi pemeliharaan sangat susah. Kalau nanti pelaku usaha dan masyarakat bisa terlibat dalam pemeliharaan akan lebih baik,” tegasnya.
Wakil Ketua DPRD DIY, Arif Noor Hartanto menyebut penataan yang menghabiskan biaya hingga miliaran rupiah baik sisi timur dan barat, jika tidak dioptimalkan maka akan menjadi sia-sia.
Dia juga melihat perwajahan Malioboro yang sekarang ini memang sudah darurat dan tidak humanis lagi.
Bahkan, kata dia, terkesan tidak mendapat sentuhan hati dari seluruh pemangku kepentingan.
Dia berharap mewujudkan kawasan pedestrian itu harus mampu juga menciptakan kawasan yang sangat humanis.
• Pustral UGM : Malioboro Bebas Kendaraan Bermotor, Jadikan Jogja Istimewa Lebih Istimewa
Artinya, Malioboro mampu menghadirkan kembali ruh hubungan sosiokultural kemasyarakatan.
