Kota Yogya

Wakil Wali Kota Yogya Optimis Warga Bisa Kelola Sampah Mandiri

Sampah organik dan nonorganik bisa diolah bersamaan untuk dapat menghasilkan produk berupa bata dan batako.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Kurniatul Hidayah
Petugas DLH Kota Yogyakarta menyemprotkan disinfektan ke tumpukan sampah yang ada di depo Kota Yogyakarta, Rabu (27/3/2019). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan bahwa pihaknya telah merancang pengelolaan sampah jangka panjang sehingga harapannya nanti Kota Yogyakarta sudah bisa secara mandiri mengelola sampah tanpa mengandalkan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan yang ditutup.

"Kita jadikan Tegalrejo pilot project untuk pengelolaan sampah. Nantinya dengan teknologi, sampah organik maupun nonorganik akan dijadikan bata dan batako," bebernya pada Tribunjogja.com, Kamis (28/3/2019).

Heroe menjelaskan, tidak perlu memilah sampah organik dan nonorganik untuk bisa diubah menjadi bata menggunakan teknologi tersebut.

Kedua jenis sampah bisa diolah bersamaan dan memakan waktu paling lama enam jam untuk 4-8 ton sampah hingga dapat menghasilkan produk berupa bata dan batako.

"Bentuknya seperti menara, ada cerobongnya. Harganya Rp 170-200 juta per unit," ucapnya.

Ia menjelaskan, bahwa awalnya dirinya mengalokasikan 3 unit di 3 lokasi yang ada di Tegalrejo.

Namun karena ada dana kelurahan yang membutuhkan konsolidasi lagi serta keterbatasan lahan, maka saat ini hanya ada 2 lokasi yang dipilih.

"Tahun ini Tegalrejo jadi pilot project 2 pengelolaan sampah. Sampah diselesaikan di situ dan tidak membuat bau. Nanti kalau Tegalrejo selesai, maka akan diterapkan di seluruh kota dan tak ada lagi tumpukan sampah di Piyungan dari kota," tegasnya.

Baca: Permasalahan Sampah Kian Mendesak, ORI DIY Lakukan Pantauan

Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Suyana mengatakan bahwa dalam sehari pihaknya biasanya mengerahkan 40 truk pengangkut sampah.

Namun dengan ditutupnya TPST PIyungan tersebut, praktis seluruh truk DLH Kota Yogyakarta berhenti beroperasi dan menyisakan sampah yang masih menumpuk di badan truk.

"Setiap hari, DLH Kota Yogyakarta membuang sampah ke TPST Piyungan sebanyak 250 ton per hari. Namun, hari ini sudah 4 hari (sejak TPST Piyungan ditutup), tinggal dikalikan saja. Ada sekitar 1.250 ton sampah yang masih menumpuk di kota. Itu belum dengan jumlah sampah baru yang terus diproduksi," bebernya, Rabu (27/3/2019).

Menyikapi persoalan sampah yang mulai dirasa menganggu karena setiap waktu selalu bertambah hingga ke tepian jalan, pihaknya telah melakukan penyemprotan disinfektan ke seluruh depo dan TPS di Kota Yogyakarta.

Baca: Tumpukan Sampah di Bantul Capai 400 Ton

"Petugas kami telah berkeliling tadi pagi ke semua titik untuk menyemprotkan disinfektan. Tujuannya adalah untuk mencegah bau, lalat, dan agar kuman, penyakit, serta bakteri berkembang dari sampah-sampah tersebut," bebernya.

Suyana mengatakan, bahwa dari indormasi yang didapatkan kemungkinan TPST Piyungan baru akan kembali dibuka pada Jumat (29/3/2019) besok.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved