Kota Yogya

Gara-gara Datang Terlambat, Siswa SMP Negeri di Kota Yogyakarta Ini Diduga Ditendang Oknum Guru

Gara-gara Datang Terlambat, Siswa SMP Negeri di Kota Yogyakarta Ini Diduga Ditendang Oknum Guru

net
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wadhani

TIBUNJOGJA.COM - Kasus dugaan tindakan kekerasan kembali mencoreng dunia pendidikan di Kota Yogyakarta.

Kali ini kasus dugaan kekerasan terjadi di SMPN 10 Yogyakarta.

Seorang siswa berinisial AA, diduga ditendang oleh oknum guru karena datang terlambat ke sekolah.

Saat ditemui wartawan di rumahnya di Yogyakarta, Rabu (20/3/2019) orangtua AA, AMN mengaku tak terima atas perlakuan guru tersebut.

Baca: BREAKING NEWS : Dua Jenazah Korban Longsor di Kedung Buweng, Berhasil Dievakuasi

Menurutnya jika anaknya nakal, sebaiknya diberikan teguran, bukan malah ditendang.

Ia menceritakan kasus kekerasan yang menimpa anaknya ini terjadi pada Rabu (20/3/2019) pagi.

Awalnya, dirinya mengantar sang anak ke sekolah sekitar pukul 06.40 WIB.

Namun karena harus mengantar anaknya yang lain, dirinya sampai di SMPN 10 Yogyakarta, pintu gerbang sudah ditutup sebagian.

"Pagi saya nganter anak sekolah, saya lihat jam itu setengah 7 lewat 10. Tapi kan saya nganter adiknya dulu. Pas sampai di sekolah, pintu sudah tutup separo, saya lihat masih pada kumpul. Terus anak saya masuk, dari kejauhan saya tanya 'nopo le'? anak saya bilang 'telat'," ujarnya, Rabu (20/3/2019).

Baca: Baru Diresmikan Lima Bulan, Jalan Banjarharjo-Ngemplak Sudah Rusak

"Lalu satpamnya keluar, saya bilang 'sekarang saya telat pak, besok tidak lagi' lalu saya pulang. Lalu 15 menit kemudian anak saya pulang menangis. Kemudian saya tanya, dia bilang digajul gurune (ditendang guru). Katanya karena ditanya tidak tahu, lalu saya datang ke sekolah," sambungnya.

Sesampainya di sekolah ia mencoba mencari tahu mengapa anaknya ditendang. Namun penjelasan guru menurutnya tidak tepat. 

"Sampai di sekolah gurunya sudah menunggu. Dia malah bilang 'bukan ditendang di alat vital, cuma dibokong'. Tetapi kan nggak boleh to itu, namanya kekerasan. Bapaknya lalu minta maaf, tetapi kan bisa terulang lagi," jelasnya. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved