Desa Wisata di Bantul Dituntut Lakukan Inovasi, Agar Tak Turun Status
Ada sembilan desa wisata di Bantul yang kini dinilai kembali dan dituntut untuk terus berinovasi agar tak turun statusnya.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Desa wisata dituntut untuk melakukan inovasi. Terlebih bagi desa wisata yang sudah tergolong maju. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Bantul, Antoni Hutagaol.
Ada sembilan desa wisata di Bantul yang kini dinilai kembali dan dituntut untuk terus berinovasi agar tak turun statusnya. Sembilan desa wisata tersebut yakni Krebet, Santan, Manding, Kebon Agung, Karangtengah, Wukirsari, Tapak Tilas Sultan Agung, Kaki Langit dan Tembi.
"Kami mencoba melihat perubahan. Inovasi mereka seperti apa. Ada perubahan atau tidak," kata Antoni di sela kunjungan penilaian tim juri desa wisata DIY, Selasa (19/2/2019) di Desa Wisata Santan, Guwosari, Pajangan.
Baca: Jadi Wilayah Rentan Konflik, Dialog Antar Agama Akan Digelar di Sleman
Baca: Meriahnya Perayaan Cap Go Meh di Kota Magelang, Sun Go Kong Turut Beraksi Hibur Masyarakat
Baca: Dua Kelinci Beri Dukungan Kompetisi Esports di Indonesia
Beberapa inovasi pun telah dilakukan oleh desa wisata seperti di Krebet yang berinovasi dengan paket tur kunjungan wisata. "Di Krebet sekarang ads paket tur berdasar jarak. Ada tur ke Goa Selarong dan lainnya," tutur Antoni.
Juga Desa Wisata Santan yang berinovasi dalam hal menu kuliner khasnya yakni ingkung. Disusul Desa Wisata Mangunan yang terus mengembangkan spot swafoto agar tak monoton.
Selain inovasi, kriteria untuk menjadi desa wisata maju juga ditentukan oleh sarana prasarana yang memadai. Jumlah pengunjung yang datang juga menjadi faktor penentu maju dan tidaknya desa wisata.
Antoni menambahkan, sejauh ini yang menjadi kendala bagi desa wisata untuk maju yakni faktor sumber daya manusia. "Kendala yang dihadapi biasanya SDM-nya. Untuk menjadi maju perlu SDM yang baik. Bagaimana dia memperbaiki sarana prasarana dan administrasinya," terangnya.
Ia juga menyoroti tentang pengelolaan sampah di desa wisata. Menurutnya hal tersebut juga menjadi penentu desa wisata tersebut maju atau tidak.
Baca: Mengenal Wayang Gemblung, Wayang Ciptaan Sutung Riyadi
"Jangan sampai sampahnya dibakar, atau dibuang sembarangan asal kelihatan bersih," ujar Antoni. Khusus pengelolaan sampah, Antoni akan menggandeng Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
"Kami ingin kerja sama dengan DLH untuk pengelolaan sampah. Karena DLH kan di bidang itu," tuturnya.(amg)