BMKG Yogyakarta : Abu Merapi Picu Pembentukan Awan Cumulonimbus
Sigit menjelaskan bahwa abu vulkanis yang keluar dari Merapi turut berperan dalam proses kondensasi atau pembentukan awan.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Cuaca BMKG Yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa, menyebut kondisi Merapi saat ini turut berpengaruh pada cuaca ekstrem yang terjadi saat ini.
Melalui telepon, Sigit menjelaskan bahwa abu vulkanis yang keluar dari Merapi turut berperan dalam proses kondensasi atau pembentukan awan.
"Abu tersebut juga ikut menyebabkan terbentuknya awan kumulonimbus," kata Sigit saat dihubungi pada Minggu (03/02/2019).
Kumulonimbus sendiri merupakan jenis awan yang menyebabkan terjadinya hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Ciri khas dari awan ini adalah bentuknya yang menjulang tinggi.
Menurut Sigit, awan kumulonimbus yang terbentuk di atas langit DIY bisa mencapai ketinggian hingga 12 km.
"Awan tersebut juga yang menyebabkan hujan es beberapa waktu lalu," ungkap Sigit.
Sigit juga mengungkapkan bahwa saat ini BMKG mewaspadai kondisi suhu perairan Samudera Hindia, terutama yang berada di selatan DIY.
Sebab saat ini suhu di Samudera Hindia diketahui menghangat. Kondisi tersebut, menurut Sigit, justru memicu pembentukan awan badai lebih cepat.
"Tentunya kami akan terus memantau perkembangan kondisi tersebut," ujar Sigit.(*)