Gelombang Tinggi
Gelombang Laut Tinggi Terjang Pesisir Selatan DIY, Total Kerugian Rp 2 Miliar
Gelombang Laut Tinggi Terjang Pesisir Selatan DIY, Total Kerugian Rp 2 Miliar
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Alexander Ermando
TRIBUNJOGJA.COM - Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) memaparkan hasil observasi terkait gelombang tinggi yang menerjang pesisir selatan DIY beberapa waktu yang lalu.
Pemaparan dilaksanakan bersama dengan perwakilan BMKG Yogyakarta.
Dari hasil obesrvasi di wilayah Gunungkidul, Bantul dan Kulonprogo, gelombang tinggi yang menerjang pesisir selatan DIY beberapa waktu yang lalu berdampak terhadap kerugian ekonomi.
"Kita perkirakan kerugian ekonomi mencapai Rp 2 Miliar," ungkap Dekan Fakultas Geografi UGM Arif Marfai.
Perhitungan ini didasarkan banyaknya kerusakan bangunan dan sejumlah fasilitas umum di pantai-pantai tersebut.
Baca: BMKG Siarkan Live Gerhana Bulan Total Blood Moon 28 Juli
Sekitar 24 gazebo di sejumlah pantai di Gunung Kidul mengalami kerusakan dan hilang akibat terseret ombak laut tinggi. Selain itu, 5 kapal dan 20 set jaring dilaporkan turut hilang.
"Salah satu lokasi yang kita amati seperti Pantai Sundak, itu kerugiannya mencapai Rp20 juta," papar Arif.
Selain kerusakan fasilitas umum, gelombang laut tinggi ini juga berdampak pada vegetasi di dekat garis pantai.
Menurut Arif, sejumlah tanaman mangrove rusak berat dan terjadi abrasi pada pantai.
"Garis pantai tergerus hingga 3-4 meter ke belakang karena ombak ini," jelas Arif.
Prakirawan BMKG DIY Sigit Prakosa menyebut kondisi gelombang laut tinggi akan berlangsung hingga akhir bulan ini.
Tinggi gelombang laut diperkirakan akan mencapai 5 hingga 6 meter pada puncaknya.
"Gelombang dengan ketinggian signifikan diperkirakan terjadi pada 24-25 Juli ini," ujar Sigit.
Baca: Live Streaming Detik-detik Gerhana Bulan Total Blood Moon Bisa Disaksikan Melalui Tautan Ini
Gelombang tinggi ini menurut Sigit disebabkan oleh ada perbedaan tekanan udara antara belahan utara dan belahan selatan bumi.
"Perbedaan tekanan ini menyebabkan munculnya badai tropis dengan angin yang kencang," ujar Sigit Prakosa.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, Aris pun memberikan sejumlah rekomendasi. Salah satunya adalah penataan kembali ruang wisata pantai.
"Tata ruang tidak lagi berdasarkan perspektif ekonomi dan sosial, tetapi juga mitigasi bencana," papar Aris.(tribunjogja)