Satu Warga Godean Meninggal Akibat Leptospirosis

Penyakit leptospirosis mulai mewabah di sejumlah kecamatan di Kabupaten Sleman.

Penulis: app | Editor: Ari Nugroho
IST
dr Novita Krisnaini, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Sleman 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Penyakit leptospirosis mulai mewabah di sejumlah kecamatan di Kabupaten Sleman.

Hingga 23 Maret ini, penyakit akibat bakteri leptospira sp yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, atau sebaliknya itu, telah memakan sejumlah korban.

Berdasarkan data yang dilansir Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, setidaknya terdapat 10 warga yang dinyatakan positif terjangkit leptospirosis.

Dari jumlah tersebut, satu diantaranya meninggal.

Dr Novita Krisnaini, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Sleman menjelaskan 10 kasus tersebut menyebar di Kecamatan Moyudan dua kasus, Gamping dua kasus, Berbah satu kasus, Turi satu kasus, Tempel satu kasus, Prambana dua kasus, dan Godean satu kasus.

Baca: Suspect Leptospirosis, 13 Orang Meninggal Dunia di DIY

"Yang di Sidokerto, Godean itu meninggal pada 20 Maret lalu. Selain itu ada satu lagi yang meninggal di Sidokerto tapi statusnya masus suspect," ujarnya, Jumat (23/3/2018).

"Data tersebut yang sudah kita masukan positif (leptospirosis) berdasarkan KDRS (keterangan dari rumah sakit)," timpalnya.

Novi menjelaskan rata-rata usia masyarakat yang terkena leptospirosis berkisar 15 tahun ke atas dan mayoritas berprofesi sebagai petani.

Baca: Ini Tips Mencegah Demam Berdarah dan Leptospirosis di Musim Hujan

Sementara di tahun-tahun sebelumnya kasus leptospirosis di Sleman bervariatif. Pada 2015 hanya ada enam orang yang terjangkit oenyakit tersebut dan tidak ada yang meninggal dunia, pada 2016 pun hanya dua orang yang terkena penyakit serupa dan tanpa korban jiwa.

"2017 ada 48 kasus kaitannya dengan cuaca ekstrim dan meninggal dunia 10 orang," jelas Novi.

"Leptospirosis penyakit yang berpotensial mewabah jadi puskesmas rutin melaporkan. Gejalanya yaitu panas, lemas, nyeri betis, mual, muntah, badan kuning, dan gagal ginjal itu harus segera ditangani dan biasanya menularnya lewat air kencing tikus," timpalnya.

‌Mencegah kasus tersebut semakin tinggi, pihaknya pun telah mengeluarkan surat edaran kepada Puskesmas maupun rumah sakit.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved