Angka Ketimpangan Tinggi, Parampara Praja DIY : Tak Perlu Panik

Keberadaan DIY sebagai daerah dengan tingkat gini ratio tertinggi di Indonesia, mengundang keprihatinan dari berbagai pihak.

Penulis: Tantowi Alwi | Editor: Gaya Lufityanti
Tribun Jogja
Edy Suandi Hamid 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keberadaan DIY sebagai daerah dengan tingkat gini ratio tertinggi di Indonesia, mengundang keprihatinan dari berbagai pihak.

Diketahui bersama, sesuai data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) presentase gini ratio DIY mencapai 0,43 persen.

Namun, Anggota Tim Penasehat Gubernur DIY, atau Parampara Praja DIY, Prof Dr H Edy Suandi Hamid, M Ec, mengimbau kepada seluruh elemen, supaya angka ketimpangan ekonomi yang tinggi tersebut, jangan sampai memunculkan situasi kepanikan dan kegusaran.

"Jangan membuat kita terlalu panik, membuat kita jadi gusar, seakan-akan ada sesuatu yang membahayakan. Sebab, menurut saya, kultur di DIY ini bisa mengatasi persoalan tersebut," tuturnya, Jumat (5/1/2018).

Edy tidak memungkiri, jika adanya ketimpangan yang tinggi, memang rawan memunculkan gejolak-gejolak sosial di tengah masyarakat.

Namun, ia memandang, kultur tolong-menolong dan kekeluargaan yang erat, menyebabkan ketimpangan itu tidak terlihat mencolok.

"Ya, ketimpangan memang ada, tapi tidak terlihat mencolok seperti daerah lain, karena ada budaya yang membuat masalah kesenjangan itu bisa diminimalisir dampaknya," ucapnya.

Walau demikian, lanjut Edy, permasalahan tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja.

Bagaimanapun juga, polemik soal ketimpangan ini harus menjadi konsen semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga universitas, untuk berupaya menurunkan angka gini ratio.

"Nah, ketimpangan ini kan terjadi karena ada masyarakat yang terlalu cepat tumbuhnya. Sementara yang lain, masih ada yang lambat. Kalau di DIY, kita lihat ada ketimpangan spasial, atau ketimpangan wilayah," cetusnya.

Dalam artian, jelas Edy, wilayah Kota Yogyakarta dan Sleman mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat.

Menurutnya, hal tersebut, dikarenakan adanya modernisasi yang terkesan melompat di dua wilayah itu, sementara daerah lain tidak mengalaminya.

"Saya kira, hal-hal semacam ini perlu jadi perhatian, bagaimana kita melakukan penguatan-penguatan di daerah lainnya, seperti di Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul. Nah, ini harus jadi fokus," jelasnya.

Edy mencontohkan, di Kulonprogo misalnya, bagaimana bisa diupayakan lompatan pula, dalam hal kenaikan pendapatan masyarakat bawah.

Terlebih, saat ini, di wilayah tersebut, tengah berlangsung pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved