Keamanan Dunia Maya Masalah Serius, Aset Bangsa Perlu Dilindungi

Peretasan Telkomsel dan hilangnya dana nasabah di Bank Mandiri membuka mata bahwa masalah keamanan di dunia maya adalah masalah yang serius.

Penulis: Rento Ari Nugroho | Editor: oda
tribunjogja/hasan sakri ghozali
Mandiri Online. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Peristiwa peretasan Telkomsel dan hilangnya dana nasabah di Bank Mandiri juga menjadi perhatian tersendiri untuk Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg).

Sebagai aset bangsa, dua perusahaan pelat merah tersebut diharapkan memiliki perlindungan secara internal dan eksternal. Satu di antaranya melalui dukungan semacam lembaga negara yang mengurusi keamanan siber.

Baca: Bangun Tidur, Mahasiswa UGM Ini Kaget Dapat Email Transfer Uang, Rp 45 Juta Raib dari Rekeningnya

Peretasan Telkomsel dan hilangnya dana nasabah di Bank Mandiri membuka mata bahwa masalah keamanan di dunia maya adalah masalah yang serius.

Menurut Kepala Sub Direktorat Pengamanan Kripto Lemsaneg, Agung Nugraha, kesadaran masyarakat akan keamanan di dunia maya masih rendah. Pun demikian, langkah bersama untuk mengantisipasi hal tersebut di kemudian hari perlu dilakukan.

"Peristiwa ini bagi kami menjadi semacam peringatan untuk pihak berwenang dalam hal ini pemerintah untuk mengeluarkan regulasi dan standar keamanan. Diperlukan badan yang berwenang mengeluarkan standar keamanan untuk perbankan, komunikasi, hingga transportasi. Kalau dalam skenario kami, diperlukan semacam badan siber nasional. Badan ini bisa mengeluarkan sistem keamanan untuk sektor swasta maupun pemerintah," kata Agung ditemui di sela acara Jogja Geek Fair di Eastparc Hotel, Minggu (7/5/2017).

Keberlangsungan aset penting negara seperti Telkomsel dan Bank Mandiri menurut Agung sangatlah mendesak untuk diamankan di dunia siber. Sebab, keberlangsungan keduanya juga berhubungan dengan hajat hidup orang banyak.

"Sementara itu, kami di Lemsaneg belum memiliki kewenangan tersebut. Sejauh ini kami hanya memiliki Badan Sertifikasi Elektronik (BSRE) yang tugasnya menangani otentifikasi di lembaga pemerintah. Namun kalau nanti badan siber dan sandi nasional dibentuk, kewenangannya bisa semakin luas tidak hanya ke pemerintah namun juga ke swasta," ungkapnya.

Baca: Ada Tiga Nasabah Lapor Rekeningnya Dibobol, Mandiri Tutup Sementara Aplikasi

Keamanan siber ini, lanjut Agung, sangat penting untuk mendukung iklim perekonomian dalam negeri yang sehat. Kondisi ini menjadi jaminan untuk investor agar mau menaruh modalnya.

Di tempat yang sama, Sulistyo dari Lemsaneg menambahkan, beragam serangan siber ke aset-aset penting misalnya Telkomsel dan Bank Mandiri tidak terhindarkan dan akan terus ada.

Untuk itu infrastruktur keamanan perbankan pun tentunya harus dibenahi.

"Bagaimanapun juga ancaman siber akan terus meningkat. Peristiwa ini diharapkan menumbuhkan kesadaran untuk kita semua dan bahu membahu mencegahnya. Terlepas dari faktor persaingan usaha, berbagai aset besar bangsa harus sama-sama kita lindungi," katanya.

Baca: Migrasi Online, Bank Perlu Perhatikan Manajemen Resiko dan Bentuk Unit Perlindungan Konsumen

Kepala BSRE, Anton Setiyawan menambahkan, kasus Bank Mandiri ini menjadi peringatan terutama untuk institusi agar menerapkan sistem keamanan yang lebih baik. Dalam hal ini masyarakat hanyalah pengguna yang menjadi korban.

"Kasus ini mengingatkan agar institusi pengelola keuangan lebih bertanggungjawab. Perlindungan penting untuk kepentingan bersama, tidak hanya kepada institusi namun juga pengguna dalam hal ini masyarakat," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved