LIPSUS: Data BPS, Belanja Rokok Jadi Nomor Dua

Rokok sudah menjadi bagian dari "kebutuhan pokok" masyarakat terutama masyarakat miskin.

Penulis: dnh | Editor: Ikrob Didik Irawan
China Daily News
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Rokok sudah menjadi bagian dari "kebutuhan pokok" masyarakat terutama masyarakat miskin.

Merujuk data dari profil kemiskinan DIY yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, per Maret 2016, rokok menjadi satu dari beberapa komoditi makanan yang memberikan kontribusi pada garis kemiskinan.

Di perkotaan, rokok menempati peringkat kedua setelah beras. Sama dengan di pedesaan, namun persentasenya lebih tinggi di perkotaan yakni 10,79 persen sedangkan di pedesaan sebesar 6,88 persen.

Sementara dibawah rokok ada komoditas lain, seperti telur dan daging.

Sementara itu, DIY merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi penyakit tidak menular (PTM) yang tinggi.

Tingginya prevalensi ini disebabkan karena perilaku berisiko yang dilakukan oleh masyarakat.

Konsumsi makanan yang tidak sehat menjadi salah satu penyebab, selain juga karena konsumsi tembakau.

26,9 Persen

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, 26,9 persen penduduk DIY mengkonsumsi tembakau.

Hal ini juga berpengaruh terhadap capaian perilaku hidup bersih, 2014 Dinas Kesehatan DIY mencatat rumah tangga yang berperilaku hidup bersih hanya 36, 27 persen.

Ditengarai ini akibat tingginya presentase anggota keluarga yang merokok di rumah yakni 52,62 persen.

"Di Jamkesos, penduduk miskin memang mengeluarkan biaya untuk membeli rokok itu besar. Dan itu lebih baik jika untuk membeli premi atau iuran insurance," ujar Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie.

Lebih lanjut Pembajun mengatakan bahwa kampanye perilaku hidup bersih dan sehat termasuk hidup tanpa rokok harus terus dilakukan secara bersama-sama.

Terkait dengan penyakit tidak menular, perempuan yang belum lama menjabat sebagai kepala Dinkes DIY mengatakan bahwa saat ini ada pergeseran dari penyakit menular ke tidak menular.

"Masalah dengan penyakit tidak menular itu memang sekarang kan bergeser antara penyakit penyakit yang menular itu sekarang sudah tidak lagi, mengapa?, sekali lagi karena gaya hidup," jelasnya.

Penyakit tidak menular seperti kanker menurutnya tidak hanya terkait rokok namun juga terkait gaya hidup, termasuk pola konsumsi makanan. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved