Wisata Malioboro
Mugiono Si Tukang Becak Online
“Saya punya facebook, twitter, koprol, dan friendster. Itu semua saya manfaatkan untuk mencari penumpang.”

PRIA itu duduk santai di atas becaknya. Jari-jari tangannya sibuk memencet tombol handphone Sony Erickson tipe W90. Pengayuh becak bernama Mugiono itu sedang membuka situs jejaring sosial facebook. “Saya lagi membuat janji dengan calon penumpang melalui facebook,” katanya.
Sehari-hari dia menghabiskan waktunya untuk bekerja mengayuh becak di kawasan Malioboro. Sudah setahun lalu ayah tiga anak ini memanfaatkan berbagai situs pertemanan di dunia maya guna mencari penumpang. “Saya punya facebook, twitter, koprol, dan friendster. Itu semua saya manfaatkan untuk mencari penumpang,” kata abang becak kelahiran 15 September 1970 itu.
Ia punya cara sederhana untuk menggaet penumpang di jejaring sosial. Cukup membuat data pribadi di profil jejaring sosial, komplit dengan nomor telepon yang bisa dihubungi. Di akun miliknya ia memerkenalkan diri sebagai tukang becak, dan menawarkan jasa wisata keliling Malioboro.
Respon yang diterima sangat fantastis. Beberapa bulan pascamembuat jejaring sosial itu, banyak wisatawan luar kota yang berkunjung ke Yogyakarta minta diajak jalan-jalan naik becak tuanya yang dirakit tahun 1978. “Mereka menghubungi saya karena tahu dari facebook. Kebanyakan dari luar kota, bahkan ada yang dari luar negeri,” terangnya lagi.
Tamatan sekolah menengah atas (SMA) yang akrab disapa Mugi itu juga meluaskan jaringannya melalui website yang beralamat di www.mugibecak.com. Di website itu ia menulis lebih banyak tentang dia dan becaknya. Foto-foto wisata diunggah ke untuk menarik perhatian
Berkat promosinya di jejaring sosial, ia tidak kerepotan lagi mencari penumpang. Kalau dulu ia yang mencari penumpang, kini dia dicari-cari penumpang. Ia tinggal duduk di becak, menunggu panggilan penumpang yang biasa meneleponnya. “Penghasilan saya cukup lumayan setelah memanfaatkan jejering sosial facebook dan lainnya,” tuturnya.
Mugi menuturkan, tak jarang ia di pesan jauh-jauh hari oleh wisatawan dari luar kota. Mereka rata-rata membooking selama tiga hari. Para penumpangnya minta diajak jalan-jalan naik becak ke keraton atau Kotagede. “Dari ratusan tukang becak di Malioboro, hanya sedikit yang memanfaatkan internet untuk mencari penumpang. Mungkin mereka tidak tahu,” katanya.
Ia bercerita pertama kali tahu tentang situs jejaring sosial dari pembicaraan penumpangnya. Sejak itu ia mulai penasaran, lalu mencoba-coba sendiri untuk bergabung, berbekal pengetahuan semasa sekolah menengah atas dulu. “Tidak ada yang mengajari, saya hanya belajar lalu membuatnya sendiri. Dulu ya sempat kesulitan. Kalau yang website itu bantuan dari penumpang saya, orang Batam,” katanya.