Program Hapus Tato Gratis di Borobudur Disambut Antusias, Jadi Awal Komitmen Hijrah Warga

Pemilihan Emha Cafe sebagai lokasi kegiatan sekaligus menjadi momentum soft launching tempat tersebut. 

Dok.Istimewa
Program hapus tato gratis yang digelar Majelis Hijrah Magelang Raya berkolaborasi dengan Masyarakat Bertato (Masberto) Hijrah, Yayasan Mualaf Center Yogyakarta, Mualaf Center Indonesia Peduli Magelang Raya, dan Akhwat Bergerak Magelang disambut antusias masyarakat 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG – Program hapus tato gratis yang digelar Majelis Hijrah Magelang Raya berkolaborasi dengan Masyarakat Bertato (Masberto) Hijrah, Yayasan Mualaf Center Yogyakarta, Mualaf Center Indonesia Peduli Magelang Raya, dan Akhwat Bergerak Magelang disambut antusias masyarakat.

Kegiatan berlangsung di Emha Cafe Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (10/10/2025). 

Banyak warga datang untuk menghapus tato sebagai bagian dari proses hijrah, namun jumlah peserta terpaksa dibatasi karena keterbatasan alat dan sumber daya.

Ketua Majelis Hijrah Magelang Raya, Muhammad Taufik, menjelaskan program hapus tato ini bertujuan menampung masyarakat yang ingin berhijrah dan menghapus tato. 

Ia menekankan hijrah dimaknai sebagai perubahan menjadi pribadi yang lebih baik.

Pemilihan Emha Cafe sebagai lokasi kegiatan sekaligus menjadi momentum soft launching tempat tersebut. 

Ke depan, Emha Cafe direncanakan menjadi lokasi tetap kegiatan dakwah dan sosial, termasuk program hapus tato gratis yang akan diadakan secara berkala.

“Cafe di sini, teman-teman yang hijrah, hapus tato gratis ke depannya akan di sini terus Insya Allah setiap dua bulan atau tiga bulan sekali,” ungkap Taufik.

Ia menambahkan, keuntungan dari Emha Cafe sepenuhnya akan dialokasikan untuk kegiatan dakwah dan sosial, seperti bedah rumah, sedekah sayur gratis, membantu guru mengaji, anak yatim piatu, dan kegiatan sosial lainnya.

Proses hapus tato dilakukan oleh dua tenaga ahli dari Masberto Hijrah. 

Peserta menjalani tahapan anestesi selama 30 menit sebelum tato mulai dihapus menggunakan alat laser.

Salah satu peserta, Sugito, warga Cawangsari Borobudur, mengetahui informasi ini dari media sosial. Ia mengaku tato pertamanya dibuat saat masih duduk di bangku SMA.

“Ketika bayi lahir, tubuhnya bersih, saya ingin ketika meninggal tubuh saya juga bersih tanpa tato,” harapnya.

Pesan serupa disampaikan Ryo, perantau asal Padang yang kini tinggal di Borobudur. Ia mengaku kesulitan mencari pekerjaan karena tato di tangan kanannya.

“Saya sadar harus hapus tato sejak saya susah dapat kerja,” terangnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved