Covatab, Inovasi Mahasiswa UNY untuk Gigi Sehat dan Lingkungan Lestari
Covatab hadir sebagai alternatif. Bentuknya tablet hitam kecil yang cukup dikunyah hingga halus di mulut, lalu gigi disikat tanpa tambahan pasta
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tingginya angka karies gigi di Indonesia mengusik kepedulian sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Dari keprihatinan itu lahirlah Covatab, tablet pembersih gigi berbahan alami yang menawarkan cara baru menjaga kebersihan mulut tanpa meninggalkan jejak merusak lingkungan.
Produk ini dikembangkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) 2025 oleh tim yang dipimpin Syifa'ul Auliya (S1 Pendidikan Kimia), dengan anggota Khairine Artantia (S1 Kimia), Izzah Sofiana (S1 Akuntansi), Riska Damayanti (S1 Akuntansi), dan Novika Dinsa Fayyakun (S1 Teknologi Pendidikan).
Peran tiap anggota berbeda, Syifa mengoordinasikan program, Khairine menangani produksi dan kualitas, Izzah mengatur keuangan, Riska menyiapkan strategi pemasaran, sementara Novika menggarap desain kemasan dan promosi digital.
Menurut Syifa, masalah kesehatan gigi masih terbilang serius.
“Survei Kesehatan Indonesia 2023 mencatat 82,8 persen penduduk mengalami karies gigi akibat penumpukan plak,” paparnya.
Ia menjelaskan, pasta gigi di pasaran memang membersihkan, tetapi sebagian besar mengandung Sodium Lauryl Sulfate (SLS) yang berpotensi mengiritasi mulut.
Covatab hadir sebagai alternatif. Bentuknya berupa tablet hitam kecil yang cukup dikunyah hingga halus di mulut, lalu gigi disikat tanpa tambahan pasta.
“Produk ini mudah dibawa, tahan panas, dan memiliki masa simpan lebih lama karena kandungan airnya rendah,” ujar Khairine.
Baca juga: Kisah Mutia, Pecatur Muda Bantul Menenun Mimpi di Dunia Busana di UNY
Tablet ini memadukan arang aktif tempurung kelapa dan silika alami dari sekam padi, sehingga mampu mengangkat plak, mengurangi bau mulut, serta mencerahkan gigi tanpa merusak enamel.
Lebih dari sekadar kesehatan, Covatab juga memberi nilai tambah bagi lingkungan dan ekonomi lokal.
Bahan baku berasal dari limbah tempurung dan sekam yang diolah dengan melibatkan petani di Sleman dan Bantul.
Dengan begitu, inovasi ini sekaligus mendukung pemberdayaan masyarakat.
Dari sisi bisnis, Covatab disiapkan untuk masuk pasar. Pada tahap awal, tim menargetkan produksi 450 pak untuk 1.350 pengguna di tahun pertama, dengan harga jual Rp22.900 per unit.
Strategi pemasaran menggabungkan jalur offline dan online. Offline dilakukan melalui bazar kesehatan, koperasi mahasiswa, apotek, serta mitra lokal.
Kisah Mutia, Pecatur Muda Bantul Menenun Mimpi di Dunia Busana di UNY |
![]() |
---|
Ijazah Tak Kunjung Terbit, Ribuan Lulusan UNY Tersandera Administrasi, Ini Tanggapan Wakil Rektor |
![]() |
---|
Ini Dia Mahasiswa Asal Malang Peraih Skor UTBK 2025 Tertinggi se-UNY, Masuk Fakultas Teknik |
![]() |
---|
Cerita Fairuz, Maba UNY yang Baru Berusia 16 Tahun saat Perdana Kuliah |
![]() |
---|
12 Ribu Mahasiswa Baru UNY Ikuti PKKMB, Bekal Nilai Karakter dan Integritas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.