Tragedi Nazwa Aliya: Pamit Interview, Berakhir Meninggal di Kamboja

Kepergian Nazwa menjadi sorotan publik karena awalnya ia pamit untuk mengikuti wawancara kerja di Medan

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJATENG.COM
Nazwa Tewas di Kamboja 

TRIBUNJOGJA.COM - Kabar duka datang dari keluarga besar Lanniari di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

Putrinya, Nazwa Aliya (19), meninggal dunia di Kamboja pada Selasa, 12 Agustus 2025.

Kepergian Nazwa menjadi sorotan publik karena awalnya ia pamit untuk mengikuti wawancara kerja di Medan, namun justru berujung pada perjalanan ke Thailand hingga akhirnya ditemukan meninggal di Kamboja.

Kronologi Kepergian Nazwa

Pada akhir Mei 2025, Nazwa meminta izin kepada ibunya untuk berangkat ke Medan demi mengikuti wawancara kerja.

Namun, beberapa waktu kemudian, ia justru mengabarkan keberadaannya di Thailand.

Hal itu menimbulkan kecurigaan dan firasat buruk bagi sang ibu.

Dalam komunikasi terakhir, Nazwa menyebut akan bertemu seorang pria bernama Chris, yang dikatakan sebagai teman ibunya saat bekerja di Malaysia.

Chris bahkan mengajak Nazwa ke Kamboja merasa khawatir, Lanniari berusaha menghalangi perjalanan anaknya dengan meminta bantuan kenalan yang bekerja di pemerintahan.

Namun upaya itu gagal, Lanniari justru menerima pesan dari ponsel Nazwa yang berisi kemarahan, meski ia merasa bahasa dalam pesan tersebut tidak seperti gaya bicara anaknya.

“Tiba-tiba saya dapat SMS dari Hp dia ngapain kau halang-halangan aku pergi, ngapain kau panggil gangster. Di situ saya sudah rasa heran apakah ini anak saya bahasanya gini, sampai situ saya rasa aneh terus lah, ternyata terlepas juga (sampai ke Kamboja),” kata Lanniari.

Setelah itu, komunikasi semakin sulit. Nomor Lanniari bahkan diblokir, membuat ia kehilangan kontak baik dengan Nazwa maupun Chris.

Kabar Duka dari Kamboja

Hingga akhirnya, pada 12 Agustus 2025, keluarga menerima kabar mengejutkan.

Chris mengirimkan foto jenazah Nazwa yang sudah ditutup kain biru.

Dari pihak rumah sakit di Kamboja disebutkan penyebab kematian adalah dispepsia, sementara dari informasi lain disebutkan Nazwa meninggal akibat overdosis paracetamol.

Kabar tersebut membuat keluarga terpukul. Sang ibu merasa janggal dengan kronologi yang dialaminya, terlebih sejak awal perjalanan Nazwa dinilai penuh kejanggalan.

Permintaan Bantuan Pemulangan Jenazah

Karena keterbatasan ekonomi, keluarga mengajukan pengaduan resmi ke Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sumatera Utara pada Kamis (21/8).

Lanniari berharap agar pemerintah membantu pemulangan jenazah anaknya ke Indonesia.

Dari keterangan keluarga, KBRI meminta biaya sebesar Rp138 juta untuk proses pemulangan.

Sementara, bila dimakamkan di Kamboja, biayanya berkisar Rp50–60 juta tentu jumlah tersebut jelas tidak sanggup ditanggung oleh keluarga.

Tindak Lanjut Pemerintah

Kepala BP2MI Sumatera Utara, Harold Hamonangan, menyebut pihaknya akan berkoordinasi dengan KBRI Phnom Penh dan Kementerian Luar Negeri untuk mencari tahu penyebab pasti kematian Nazwa sekaligus menelusuri apakah ia bekerja di sebuah perusahaan di Kamboja.

Hal ini penting agar bisa membantu menutup biaya pemulangan jenazah.

Sementara itu, Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, menjelaskan bahwa Kemlu sebenarnya sudah menerima laporan keluarga sejak Mei 2025.

Bahkan pada 31 Mei, pihaknya sempat melakukan video call dengan Nazwa.

Dalam kesempatan itu, Nazwa mengaku meninggalkan Indonesia atas keinginannya sendiri karena persoalan keluarga.

"Harapan saya pemerintah dapat membantu pemulangan jenazah anak saya, saya berharap sekali diproses secepatnya," ujar Lanniari di BP3MI Sumut

Kemlu juga sempat menawarkan mediasi antara Nazwa dan keluarga, tetapi ditolak oleh Nazwa.

Judha menambahkan, Kemlu akan mengirimkan nota diplomatik ke pemerintah Kamboja untuk meminta investigasi terkait penyebab kematian Nazwa.

Pemerintah Indonesia juga sudah menyampaikan duka cita langsung kepada keluarga di Deli Serdang serta memastikan terus mendampingi proses pemulangan jenazah.

Kasus meninggalnya Nazwa Aliya menjadi pengingat betapa rentannya remaja dan calon pekerja migran terhadap bujuk rayu yang menjanjikan pekerjaan di luar negeri tanpa jalur resmi.

Kronologi perjalanan yang penuh misteri, hingga berakhir tragis di negeri orang, menambah panjang daftar persoalan perlindungan WNI di luar negeri.

Kini, keluarga Nazwa hanya berharap agar pemerintah segera membantu pemulangan jenazah ke tanah air sehingga bisa dimakamkan dengan layak di kampung halaman.

(MG/Anggitya Trilaksono)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved