7 Sayuran yang Tidak Boleh Dihangatkan Kembali karena Berisiko untuk Kesehatan

Tindakan ini akan dapat meningkatkan kadar nitrit yang berpotensi mengganggu sistem pernapasan dan pencernaan.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
medicalnewstoday.com
7 Jenis sayuran yang tidak boleh dipanaskan kembali yang dapat berisiko pada kesehatan 

TRIBUNJOGJA.COM – Memasak sayuran dalam porsi besar dan menyimpannya untuk dihangatkan kembali sering menjadi solusi praktis.

Sering menganggap bahwa semua sayuran dapat dihangatkan kembali, tetapi hal ini merupakan kesalahan yang fatal.

Kenyataannya bahwa semua sayuran tidak semua aman untuk dipanaskan ulang, karena proses ini akan mengubah komposisi kimiawi, menghasilkan zat berbahaya, dan merusak nutrisi esensial.

Tindakan ini akan dapat meningkatkan kadar nitrit yang berpotensi mengganggu sistem pernapasan dan pencernaan.

Nitrat alami dalam sayuran dapat berubah menjadi nitrit saat dipanaskan berulang, terutama pada suhu di atas 60 derajat Celcius.

Hal ini akan beresiko untuk anak-anak, lansia, dan indivisu dengan kondisi kesehatan rentan.

Agar tetap menjaga manfaat sayuran sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat sebaiknya masak dalam jumlah secukupnya agar tetap segar saat dikonsumsi.

Berikut adalah sayuran yang tidak disarankan untuk dihangatkan kembali beserta alasannya.

1.      Bayam dan Seledri

Bayam dan seledri memiliki kandungan nitrat yang tinggi.

Meskipun nitrat tidak berbahaya, tetapi saat sayuran ini dihangatkan kembali nitrat dapat berkonversi menjadi nitrit.

Nitrit dapat menyebabkan methemoglobinemia, kondisi di mana darah kesulitan mengangkut oksigen dan berbahaya bagi anak-anak serta ibu hamil yang akan mengalami risiko pada pusing, mual, atau bahkan keracunan akut.

Masak jenis sayuran ini akan lebih baik jika dalam porsi kecil dan mengkonsumsi saat segar setelah ditumis atau dikukus.

2.      Brokoli

Brokoli memiliki sulforaphane, senyawa anti-kanker yang rusak saat pemanasan berulang ditambah peningkatan nitrit dari nitrat alaminya.

Hilangnya sulforaphane mengurangi perlindungan terhadap kanker, sementara nitrit berpotensi menyebabkan iritasi lambung dan gangguan pencernaan seperti kembung atau diare kronis.

Sayuran ini sebaiknya di kukus sekitar 3-5 menit dan di makan langsung.

Jika di masak varian lainnya hindari penyimpanan lebih dari 24 jam di kulkas.

3.      Sawi Hijau dan Kangkung

Kadar nitrat tinggi dalam sawi hijau dan kangkung berubah menjadi nitrosamin saat dihangatkan yang juga dapat merusak vitamin A dan K.

Nitrosamin bersifat karsinogenik, sehingga dapat meningkatkan risiko kanker usus dan lambung, serta menyebabkan kelelahan dan gangguan penglihatan akibat hilangnya vitamin.

Maka dari pada itu masakan sayuran ini sebaiknya ditumis dengan api cepat dan sajikan saat panas.

4.      Kubis atau Kol

Sering kali saat pagi hari memasak sup dengan campuran kol pastinya akan selalu basi dan merubah rasa saat dipanaskan pada sore hari.

Ternyata kubis mengandung enzim yang memproduksi gas hidrogen sulfida ketika saat memanaskan ulang dan ditambah konversi nitrat menjadi nitrit.

Gas ini menyebabkan kembung, perut kembung, dan gangguan pencernaan parah, sementara nitrit berisiko anemia dan infeksi saluran cerna pada lansia.

Jadi ketika masakan dicampurkan dengan kubil atau kol maka hidangkan secara langsung dengan porsi kecil, agar tidak membuang makanan dan menghindari pemanasan sayur kembali.

5.      Jamur

Jamur adalah sumber kaya protein dan memiliki tekstur yang unik. 

Namun, struktur protein dalam jamur sangat sensitif dan mudah terdegradasi. 

Memanaskan kembali jamur setelah dimasak dapat menyebabkan perubahan pada komposisi proteinnya.

Proses pemanasan ulang dapat mengganggu kerja sistem pencernaan dan berpotensi menyebabkan sakit perut atau kembung.

6.      Kentang

Kentang adalah makanan pokok yang populer. 

Masalah utama dengan kentang yang dipanaskan kembali berkaitan dengan potensi pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum, penyebab botulisme.

Ketika kentang dimasak dan dibiarkan mendingin pada suhu kamar dalam jangka waktu lama, ini dapat menciptakan lingkungan ideal bagi perkembangbiakan bakteri tersebut, terutama jika kentang dibungkus rapat dalam aluminium foil saat dipanggang. 

Pemanasan kembali belum tentu mampu mematikan spora bakteri ini. 

Cara terbaik adalah mendinginkan kentang dengan cepat setelah dimasak dan menyimpannya di kulkas, namun memanaskan ulangnya tetap kurang disarankan.

7.      Wortel

Wortel sering kali menjadi campuran dalam semua sajian makanan ala rumahan.

Namun, wortel memiliki kandungan beta-karoten yang dapat rusak karena dipanaskan berulang dan kandungan patinya juga akan berubah menjadi gula.

Sehingga, dapat mempengaruhi kadar gula darah.

Penurunan beta-karoten mengurangi manfaat bagi kesehatan mata dan kulit, sementara menimbulkan gula darah berisiko diabetes tipe 2, terutama bagi penderita pradiabetes.

Untuk menghindari risiko ini, maka ada baiknya olah wortel sesuai jumlah yang diinginkan dan pilih wortel organik untuk mengurangi residu pestisida.

Dengan memahami sayuran yang tidak boleh dihangatkan kembali, seperti bayam, brokoli, dan kentang dapat mencegah risiko kesehatan serius mulai dari gangguan pencernaan hingga keracunan nitrit. 

Masaklah dalam porsi secukupnya, simpan dengan benar di lemari es, dan prioritaskan konsumsi segar untuk mempertahankan vitamin serta mineral esensial. 

Pola makan seimbang ini tidak hanya melindungi anak-anak dan lansia, namun juga mendukung gaya hidup sehat secara keseluruhan. (MG Awega Yunita Sara)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved