Saat Kreativitas bertemu Keberlanjutan di Paste Lab Yogyakarta

Pyang mengusung keberlanjutan sudah seharusnya dipadukan dengan kreativitas dalam merespons isu yang terus berkembang.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Arsip Pribadi Paste Lab
Furnitur dari limbah plastik karya kreatif Paste Lab Yogyakarta. (sumber: Arsip Pribadi Paste Lab). 
Ringkasan Berita:- Paste Lab pada masa transformasi hingga dampak lingkungan.
- Ekspansi global Paste Lab.
- Pemberdayaan ekonomi sirkular oleh Paste Lab.

 

TRIBUNJOGJA.COM -- Isu sampah plastik di Indonesia selalu menjadi masalah lingkungan yang kompleks dan mendesak. Masalah ini dipicu oleh masifnya penggunaan kemasan plastik sekali pakai tanpa adanya kesadaran dan upaya meminimalisir pemakaian hingga daur ulang.

Namun, di Yogyakarta, Paste Lab hadir sebagai respons dari masifnya limbah plastik yang tidak terkelola. 

Sejak berdirinya Paste Lab di tahun 2021, mereka telah menyerap sekitar 150 ton sampah plastik untuk diolah menjadi furnitur, merchandise, hingga fasad bangunan.

Paste Lab Fasad
Fasad bangunan buah karya Paste Lab untuk sebuah kedai kopi di Blok M, Jakarta Selatan. (Sumber: Arsip Pribadi Paste Lab)

Nurul Asfiani (26) selaku Creative Associate sekaligus Manager Paste Lab bercerita bahwa usaha daur ulang ini hanya bermula dari sebuah garasi rumah dengan peralatan seadanya, berupa oven kue.

“Awal fokusnya pada barang-barang kecil seperti merchandise sebab dulu skalanya masih rumahan,” sebutnya, Rabu, (05/10/2025).

Tahun 2023 titik balik bagi Paste Lab saat memperoleh pendanaan dari suatu program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan BUMN.

“Setelahnya ada peningkatan kapabilitas produksi lewat pembelian mesin dan produk furniture jadi salah satu fokusnya,” ucap Nurul, Rabu, (05/10/2025).

Paste Lab melihat bahwa semakin kesini, mulai banyak industri yang punya kesadaran dan membuat gerakan nyata untuk mendaur ulang limbah plastik dari produk yang mereka hasilkan.

Melalui program Waste Management, Paste Lab menjalin kerjasama dengan berbagai lini industri. 

“Kami pegang beberapa jenis brand mulai dari, beauty brand, hotel, dan FnB. Mereka akan mengirim limbah plastik secara berkala,” jelasnya, Rabu, (05/10/2025).

Nurul memaparkan bahwa produk-produk Paste Lab tidak hanya tersebar ke penjuru Indonesia, melainkan hingga ke negara-negara lain baik Asia maupun Eropa, maupun Timur Tengah.

“Kalau pengiriman luar negeri sudah pernah ke Jerman, London, Abu Dhabi, Hongkong, dan Malaysia,” sebutnya, Rabu, (05/10/2025).

Ia menambahkan bahwa umumnya produk yang dipesan berupa merchandise yang masih tergolong mudah saat melalui proses pengiriman.

Paste Lab optimis bahwa proyek yang mengusung keberlanjutan sudah seharusnya dipadukan dengan kreativitas dalam merespons isu yang terus berkembang.

Perekonomian Sirkular

Paste Lab turut mengadopsi bahan baku dari tiga bank sampah binaan mereka di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tidak hanya itu, perusahaan pengolah limbah plastik ini juga meminjamkan mesin pencacah pada bank sampah binaan mereka.

Nurul menyampaikan bahwa praktik bina bank sampah ini bermula dari kebutuhan Paste Lab akan bahan baku dengan warna-warna tertentu.

“Misal ada kasus di mana klien meminta warna hijau tua, sedangkan stok kami tidak memenuhi. Maka kami butuh bantuan dari bank sampah sekitar,” ujarnya, Rabu, (05/10/2025).

Ia menjelaskan bahwa dengan meminjamkan mesin pencacah, maka nilai dari limbah plastik yang sudah diolah setengah jadi tersebut lebih stabil dan meningkat dari kesepakatan harga sebelumnya.

“Kalau beli bahan sampah plastik dalam bentuk botol (belum diolah) biasanya dikenakan harga sekitar Rp 2.000 sampai Rp 3.000, sedangkan jika kami beli dalam kondisi sudah dicacah dan disortir bisa dihargai sekitar Rp 5.000 sampai Rp6.000,” jelasnya, Rabu, (05/10/2025).

Nurul juga memaparkan bahwa dari awal kerjasama tersebut, Paste Lab akan membekali bank sampah binaan tersebut dengan pengetahuan cara menyortir, memilah, mencacah, hingga penyimpanan sebelum produk akhirnya diadopsi Paste Lab.

Ia menambahkan bahwa walaupun belum terlihat secara signifikan, namun Paste Lab tetap optimis untuk memberi peningkatan dan jaminan harga yang lebih stabil pada bank sampah binaan.

Pada akhirnya, upaya yang dilakukan Paste Lab tidak semata-mata untuk keperluan bahan baku produksi, namun juga menekankan simbiosis mutualisme dari sisi pemberdayaan dan praktik edukasi yang akhirnya diterapkan oleh bank sampah binaan mereka. (MG|Axel Sabina Rachel Rambing)

Baca juga: Cerita Warga Bantul Mengubah Sampah Kantong Plastik Jadi Rajutan Aksesoris

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved