Jejak Hijau
Sawit Paling Produktif, Tapi Butuh Kepatuhan Lingkungan untuk Jadi Kompetitif
Dengan varietas unggul dan praktik budidaya baik (Good Agricultural Practices), hasil meningkat tanpa menambah bukaan hutan.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM - Kinerja minyak sawit Indonesia kerap dipertanyakan.
Namun dari sisi agronomi, kelapa sawit memiliki produktivitas 5–6 kali lebih tinggi dibanding banyak sumber minyak nabati subtropis.
Hal itu diungkap Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc, Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM dalam sebuah obrolan di program Jejak Hijau Tribun Jogja, literasi digital untuk bumi yang berkelanjutan.
“Sawit dipanen sepanjang tahun, bahkan tiap minggu. Untuk luas lahan sama, output minyaknya berlipat,” kata Prof Sri. Pola panen terus-menerus menurunkan biaya per unit dan menjaga pasokan, sehingga CPO mampu bersaing harga di pasar global.
Sebaliknya, kedelai dan bunga matahari adalah komoditas musiman. Panen sekali dalam satu periode membuat rendemen minyak per hektare lebih rendah. Implikasinya, rantai pasok dan biaya logistik berbeda karakter dibanding sawit.
Keunggulan produktivitas itu menjelaskan mengapa sawit mengisi porsi besar minyak nabati dunia.

Namun, Prof Sri mengingatkan produktivitas harus diikuti kepatuhan lingkungan agar keunggulan ekonomi tidak dibayar mahal oleh ekosistem.
Ia menilai jalan tengahnya adalah intensifikasi tanpa ekspansi. Program peremajaan sawit menjadi kunci.
Dengan varietas unggul dan praktik budidaya baik (Good Agricultural Practices), hasil meningkat tanpa menambah bukaan hutan.
Di level hilir, efisiensi pabrik pengolahan perlu ditopang energi biomassa dari residu sawit, untuk menekan emisi proses.
“Pemanfaatan tandan kosong, pelepah, dan limbah biomassa lain bisa jadi sumber panas menggantikan BBM,” jelasnya.
Kebijakan berbasis sains ini, lanjut Prof Sri, penting untuk meredam kampanye negatif di pasar Eropa.
Transparansi data produktivitas, emisi, dan jejak lahan akan memperkuat posisi tawar Indonesia.
Program Jejak Hijau Tribun Jogja menekankan bahwa daya saing minyak sawit seharusnya lahir dari produktif, efisien, sekaligus patuh lingkungan.
Narasi ini perlu dikomunikasikan konsisten ke publik domestik dan internasional.
Dengan perbaikan budidaya, energi proses yang lebih bersih, dan rantai pasok yang terverifikasi, Indonesia bisa membuktikan bahwa sawit kompetitif dan berkelanjutan bukanlah pilihan yang saling meniadakan. (*)
Generasi Z Mulai Jauh dari Sayur dan Buah Saat Camilan Instan Merajalela |
![]() |
---|
Pangan Lokal Kaya Serat Jadi Jalan Tengah Atasi Stunting dan Obesitas |
![]() |
---|
SDM dan Industri Lokal Jadi Kunci Ekosistem Energi Bersih |
![]() |
---|
Transisi Energi Bukan Sekadar Teknologi, Tapi Strategi Industrialisasi |
![]() |
---|
Perang Hijau Global: Cina Dominan, Indonesia Pemain, Korban, atau Penentu? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.