Penampakan Tumpukan Batuan Kuno Terlilit Akar Pohon di Umbul Gedaren Klaten
Temuan Bebatuan Kuno di Umbul Gedaren Klaten Diduga Candi Petirtaan Era Mataram Kuno. Umbul Gedaren, Klaten, Candi Petirtaan, ODCB, Mataram Kuno
Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Iwan Al Khasni
Ringkasan Berita:
- Rehabilitasi Umbul Gedaren di Klaten ungkap temuan bebatuan kuno diduga bagian dari Candi Petirtaan era Mataram Kuno.
- Pemerintah desa dan pegiat sejarah dorong pelestarian situs budaya.
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Pemerintah Desa (Pemdes) Gedaren merehab dan memperluas kawasan Umbul Gedaren di Desa Gedaren, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Proyek pengembangan wisata air Umbul Gedaren itu tanpa sengaja mengungkap temuan bebatuan kuno yang diperkirakan termasuk obyek diduga cagar budaya (ODCB).
Bentuk Batu
Sejumlah batuan yang ditemukan itu ada yang berbentuk berbentuk lumpang (wadah bejana dari batu), umpak, dan kotak prigen bertakik yang biasa ditemukan pada bangunan candi.
Semua bebatuan kuno berbahan dasar batu andesit itu dikumpulkan menjadi satu di sisi barat kolam Umbul Gedaren. Bebatuan itu ditemukan di dasar dan tepian Umbul Gedaren.
Mataram Kuno
Pengiat Sejarah Kabupaten Klaten, Hari Wahyudi, angkat suara terkait penemuan batu-batuan diduga ODCB di Umbul Gedaren, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Berdasarkan analisa dari bebatuan kuno yang ditemukan, Hari menduga kuat bahwa batu-batu itu bagian dari kompleks Candi Petirtaan.
Dia menjelaskan, Candi Petirtaan adalah tempat pemandian suci. Pada zaman dulu, Candi Petirtaan digunakan untuk ritual pembersihan dan penyucian diri sebelum menuju ke candi utama.
"Kalau diperhatikan di pojok umbul dekat joglo, ada akar-akar pohon yang mengikat batu candi. Artinya batu candinya itu lebih dulu ada di sana daripada pohon. Jadi dugaan saya kalau melihat analisis batuannya, itu berupa Candi Patirtaan. Kemungkinan di Umbul Gedaren tipologinya berair dalam," ungkap Hari saat dihubungi Tribun Jogja, Kamis (13/11/2025).
Dia melanjutkan, bebatuan itu diduga berasal dari masa Hindu-Buddha atau zaman kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah.
Estimasi waktunya diperkirakan sekitar abad 9-10 Masehi atau tahun 800 Masehi hingga 900-an Masehi.
Hari menuturkan biasanya Candi Patitraan memiliki bentuk seperti huruf U.
Kebanyakan candi patitraan yang ada di Jawa Tengah memiliki topologi air dangkal, sedangkan yang berair dalam belum ada.
"Saya bisa merunut Candi Patitraan karena Patirtaan Gedaren memang original dari patitraan asli zaman Mataram Kuno. Sehingga dibuatkan sebuah bangunan berupa Candi Patirtaan itu," jelas dia.
"Cuman dalam proses berjalannya waktu, mungkin terjadi aktivitas alam seperti bencana gempa sehingga mata airnya membludak dan menimbun batu-batu candi, jadilah seperti sekarang ini," tambahnya
Lebih lanjut, Hari menyambut baik upaya rehabilitasi kawasan Umbul Gedaren.
Dia juga mendukung Pemdes Gedaren yang sudah melakukan upaya perawatan bebatuan kuno yang sudah ditemukan.
Salah satunya dengan menempatkan sejumlah ODCB di bawah pohon dan sekitar umbul.
"Meski pemerintah desa sudah melakukan upaya penyelamatan dan pelestarian, tapi proses pengamanan juga penting. ODCB yang sudah ditemukan semoga ke depan ditata sedemikian rupa dan ditempatkan dengan posisi yang lebih baik untuk melindungi dari kerusakan atau hilang," tandasnya.
• Melihat Tradisi Cuci Karpet Masjid Jelang Ramadan di Umbul Gedaren Klaten
Peninggalan Situs Bersejarah
Kepala Desa Gedaren, Udin Diantara, mengatakan proses renovasi dan pelebaran Umbul Gedaren dilakukan untuk mengembangkan obyek wisata air setempat.
Namun, adanya penemuan bebatuan kuno tersebut semakin memperkuat keyakinan warga setempat bahwa Umbul Gedaren merupakan peninggalan situs bersejarah.
Udin mengungkapkan berdasarkan cerita nenek moyang, Umbul Gedaren sudah ada sejak dulu kala.
Hal itu dibuktikan dengan adanya batu-batu candi yang diduga merupakan peninggalan pada masa Dinasti Syailendra atau Kerajaan Medang Kamulan.
Bahkan nama Desa Gedaren dikatakan diambil dari nama penemu Umbul Gedaren yakni Dewi Siti Sendari atau Dewi Siti Sundari.
Seiring kemajuan zaman, nama tersebut berubah menjadi Sendaren lalu Segaren dan akhirnya disebut Gedaren.
"Batu-batu candi itu sampai sekarang masih ada di Umbul Gedaren, tapi sebagian ada yang sudah dibawa ke (Balai) Purbakala. Kalau yang kami temukan di dasar umbul, sementara dikumpulkan di barat umbul. Nanti rencananya akan kami tata kembali supaya rapi setelah meminta petunjuk sesepuh," ujar Udin saat dihubungi Tribun Jogja, Kamis (13/11/2025).
Batu-batu kuno yang ditemukan itu juga diyakini memiliki makna spiritual bagi warga setempat.
Cerita Turun Temurun
Konon, ada salah satu batu yang tidak bisa dipindahkan meskipun menggunakan alat berat. Padahal batu itu ukurannya tidak besar dan berada di tengah umbul.
Batu itu diyakini pernah menjadi tempat duduk Kyai Jegang Joyo.
Selain itu, juga ada batu yang dipercaya pernah menjadi tempat singgah Sri Susuhunan Pakubuwono X.
Batu itu bisa dipindah dan dikumpulkan menjadi satu dengan bebatuan kuno lainnya.
Lebih lanjut, Udin menyampaikan dalam proyek rehabilitasi itu nantinya akan dibangun pagar setinggi 3 meter di pinggir jalan sekitar Umbul Gedaren.
Lalu mengembalikan kawasan kolam umbul menjadi tiga kolam yaitu:
- Sendang Lanang
- Sendang Wadon, dan
- Sendang Wajib.
Pihaknya juga bakal memperbaiki area berjualan pedagang di Umbul Gedaren agar bisa memberdayakan dan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.
"Sampai saat ini di Klaten kan belum ada tempat untuk pencucian tikar atau karpet. Jadi besok diperbolehkan di Umbul Gedaren dan sampai sekarang kami belum punya rencana untuk dikomersialkan, jadi saya bebaskan," ucapnya.
Setelah renovasi selesai, dia berharap masyarakat bisa memanfaatkan air dari Umbul Gedaren dengan baik dan tanpa dipungut biaya. Umbul Gedaren dikatakan memiliki dua titik sumber mata air yang mengalir deras.
"Umbul Gedaren itu digunakan untuk mandi warga dan pengairan sawah di desa. Kami tidak pernah kekurangan air jika musim kemarau dan saat musim penghujan tidak pernah banjir," tandasnya. (drm)
| Misteri Asal Usul Bebatuan Kuno Saat Renovasi Umbul Gedaren Klaten |
|
|---|
| Daftar Harga Sewa Gedung di Klaten: GBK, RSPD, dan Alun-Alun via Sifasum |
|
|---|
| Program Sambung Rasa Klaten 2025 Tuntas, Infrastruktur Jadi Sorotan Utama |
|
|---|
| Peluang Ekonomi Budidaya Jamur Tiram di Desa Glagahwangi Klaten |
|
|---|
| Rencana Pemkab Klaten Ubah Taman Kuliner Sepi Jadi Kawasan Kreatif |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Bebatuan-Kuno-di-Umbul-Gedaren-Klaten-Terlilit-akar.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.