Pemuda Kristen dan Katolik DIY Teguhkan Jogja Sebagai Barometer Toleransi Indonesia

Ketua BKSADK DIY, Pendeta Agus Haryanto, mengatakan Yogyakarta memiliki reputasi nasional sebagai kota budaya dan kota toleransi.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
BAROMETER - Pemuka agama Kristen dan Katolik dari seluruh DIY menegaskan kembali posisi Yogyakarta sebagai 'barometer toleransi Indonesia' dalam dialog kamtibmas bersama Polda DIY di GRII Bener, Jumat (21/11/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemuka agama Kristen dan Katolik dari seluruh DIY menegaskan kembali posisi Yogyakarta sebagai “Barometer Toleransi Indonesia” dalam dialog kamtibmas bersama Polda DIY di GRII Bener, Jumat (21/11/2025).

Ketua BKSADK DIY, Pendeta Agus Haryanto, mengatakan Yogyakarta memiliki reputasi nasional sebagai kota budaya dan kota toleransi.

“Kalau di Jogja ada gejolak, itu berdampak ke daerah lain. Maka kita harus menjaga situasi tetap teduh,” ujarnya.

Agus menyebut kehadiran pemuka gereja dari Gunung Kidul hingga Kulon Progo menunjukkan keseriusan menjaga kerukunan di tengah dinamika sosial pasca sejumlah aksi demonstrasi beberapa waktu lalu.

“Ini bentuk kepedulian lintas denominasi,” katanya.

Ketua Panitia, Joko Pamungkas, menjelaskan bahwa forum ini menjadi ruang penting untuk memperkuat komunikasi antara gereja dan kepolisian menjelang akhir tahun.

Dalam sesi utama, Dirbinmas Polda DIY, AKBP Kayuswan Tri Panungko, membagikan pengalaman spiritual dan profesionalnya selama bertugas di berbagai daerah sebagai seorang Kristen. 

Ia mengisahkan model Gereja Keliling Keliling Kalimantan (GKKK), yang ia jalankan ketika bertugas sebagai Kapolres di Kalimantan Barat, dan kini ia terapkan di Yogyakarta sebagai Gereja Keliling Keliling Yogya.

Tri juga mengulas pengalamannya memimpin di daerah mayoritas Muslim seperti Jawa Barat, yang memperkuat pemahamannya tentang relasi antariman.

Ia berbicara tentang anak-anaknya dan nilai kasih dalam keluarga, yang menurutnya menjadi instrumen penting untuk mencegah remaja terlibat kenakalan seperti klitih.

“Ada beberapa kasus klitih yang melibatkan anak Nasrani. Ini tanggung jawab bersama, terutama keluarga,” ujarnya.

Sesi kesaksian dilanjutkan dengan dialog interaktif yang dimoderatori Paulus Kristiyanto.

Para pendeta dan romo secara bergantian menyampaikan pertanyaan dan refleksi tentang keamanan DIY, pembinaan remaja gereja, serta kolaborasi gereja–kepolisian.

Dirbinmas Polda DIY menegaskan bahwa keamanan Yogyakarta adalah fondasi penting bagi pariwisata, perekonomian, dan dinamika sosial.

Ia meminta gereja berperan aktif menjaga suasana kondusif. “Keamanan bukan hanya tugas polisi, tetapi tugas semua pihak,” katanya.

Pertemuan ditutup dengan komitmen bersama menjaga Jogja sebagai ruang sosial yang rukun dan toleran. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved