Kesadaran Pria di Sleman Ber-KB Cukup Tinggi, Apa Buktinya?

Ia menjelaskan, penggerak dan pelayanan KB vasektomi di Sleman difasilitasi melalui dana Bantuan Operasional KB

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/SULUH PRASETYA
Ilustrasi KB Pria 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kesadaran pria berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Sleman cukup tinggi. 

Terbukti, capaian pelayanan KB metode vasektomi dengan menutup atau menyegel saluran sperma sudah memenuhi target di tahun ini bahkan sudah ada daftar tunggu untuk pelayanan tahun depan. 

"Tahun ini target kami 15 akseptor. Ini alhamdulillah sudah habis bahkan sudah ada yang inden di tahun 2026," kata Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Sleman, Dwi Wiharyanti, Jumat (17/10/2025). 

Ia menjelaskan, penggerak dan pelayanan KB vasektomi di Sleman difasilitasi melalui dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) dari Dana Alokasi Khusus non fisik.

Setiap peserta mendapatkan pelayanan ini secara gratis di RSUP Dr. Sardjito. Bahkan sebagai wujud apresiasi, setiap akseptor juga mendapatkan penghargaan Rp 1 juta. Uang tersebut bersumber dari Jaring Pengaman Sosial (JPS) Pemerintah Kabupaten Sleman.

"Kalau biaya medis vasektominya ditanggung dari dana BOKB," jelas dia.

Mulanya, sasaran utama program vasektomi adalah suami dari perempuan yang tidak bisa ikut KB. Terutama bagi perempuan yang mengalami kendala medis seperti tensi tinggi, benjolan, atau penyakit gula.

Tetapi sekarang, program vasektomi juga menyasar bagi mereka yang mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya berbagi tanggung jawab dalam perencanaan keluarga.

Sejauh ini minat warga di Sleman untuk mengikuti program KB tersebut terus meningkat. Di tahun 2025 target 15 akseptor sudah terpenuhi sejak bulan Agustus lalu.

Sedangkan tahun 2026, sudah ada sekitar 10 calon akseptor yang masuk daftar tunggu. Dwi berharap tahun depan program ini bisa lebih banyak menjangkau sasaran.

"Kami sudah ajukan agar tahun depan, bisa naik jadi 25 akseptor," katanya. 

Lebih lanjut, Dwi mengungkapkan, selain menambah target sasaran, pihaknya juga sedang mengupayakan agar tersedia anggaran untuk tes sperma pascavasektomi. Tes tersebut dinilai penting untuk memastikan hasil tindakan benar-benar efektif. Mengingat setelah vasektomi sperma akseptor tidak langsung habis. 

"Secara medis minimal setelah 20 kali ejakulasi baru aman. Karena itu, kalau ada tes sperma hasilnya bisa lebih pasti," ujarnya.(*) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved