Bully Buster, Inovasi UMBY untuk Redam Perundungan Digital di Sekolah

Aplikasi berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Virtual Reality (VR) ini resmi diluncurkan pada Jumat (3/10/2025) lalu di SMPN 2 Godean. 

Dok.Istimewa
INOVATIF - Bully Buster, Inovasi UMBY untuk Redam Perundungan Digital di Sekolah. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perundungan digital sering kali membuat siswa memilih diam.

Kini, keheningan itu diharapkan bisa terpecahkan lewat Bully Buster, inovasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) yang memungkinkan pelaporan kasus cyberbullying dilakukan secara anonim dan terlindungi.

Aplikasi berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Virtual Reality (VR) ini resmi diluncurkan pada Jumat (3/10/2025) lalu di SMPN 2 Godean. 

Program tersebut merupakan hasil hibah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia melalui skema Pengabdian kepada Masyarakat.

Tim pengabdi diketuai oleh Dr. Ir. Putri Taqwa Prasetyaningrum, S.T., M.T., MCE., dengan anggota Eka Aryani, M.Pd., dan Abdul Hadi, M.Pd.

Selain peluncuran aplikasi utama, kegiatan ini juga memperkenalkan situs bullybusters.com, platform berbasis web yang berfungsi untuk memfasilitasi pelaporan kasus perundungan digital secara anonim.

Melalui sistem ini, pelapor dapat menyampaikan kejadian tanpa mengungkap identitas, sementara laporan langsung diterima dan ditindaklanjuti oleh guru bimbingan konseling (BK) atau konselor sekolah.

“Aplikasi ini bukan sekadar alat pelaporan, tetapi juga media intervensi dini. Dengan dukungan teknologi, sekolah dapat menciptakan ruang belajar yang lebih aman, inklusif, dan ramah digital,” ujar Dr. Putri Taqwa Prasetyaningrum, ketua tim pengabdi UMBY.

Dr. Putri menjelaskan, Bully Buster memiliki empat fitur utama, yaitu deteksi ujaran kebencian berbasis AI dan Natural Language Processing (NLP), sistem pelaporan anonim, dashboard khusus guru BK, dan terapi interaktif berbasis VR.

Kombinasi fitur ini memungkinkan sekolah untuk tidak hanya mengenali potensi kasus perundungan, tetapi juga menanganinya secara cepat dan terukur.

Sejak dilaksanakan, program ini telah melibatkan 40 siswa dan 3 guru BK dalam pelatihan literasi digital, menunjuk 5 siswa sebagai Duta Anti-Cyberbullying, serta mencatat bahwa 80 persen laporan perundungan ditindaklanjuti dalam waktu kurang dari 24 jam. 

Angka ini, menurut Dr. Putri, mencerminkan peningkatan kesadaran digital dan ketanggapan sekolah terhadap kasus perundungan daring.

Aplikasi bullybusters.com dapat diakses menggunakan email pribadi agar keamanan dan privasi data tetap terjaga. 

Di dalamnya, tersedia beragam materi edukatif yang membantu siswa memahami bentuk dan dampak cyberbullying serta cara menghadapinya.

“Pengguna dapat mempelajari penjelasan mendalam mengenai bahaya dan dampak cyberbullying, mengenali 10 jenis perilaku yang sering terjadi di lingkungan digital, serta memahami langkah-langkah pencegahannya. Selain itu, aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur VR Therapy yang memungkinkan siswa mengalami simulasi interaktif untuk melatih kemampuan menghadapi situasi perundungan secara aman dan terarah,” tutur Dr. Putri.

Dengan pendekatan edukatif dan terapeutik, Bully Buster tidak hanya berfungsi sebagai alat pelaporan, tetapi juga sebagai media pembelajaran digital yang membantu siswa, guru, dan konselor menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan empatik.

“Melalui Bully Buster, UMBY berkomitmen menjadi pelopor inovasi pendidikan yang menggabungkan teknologi, bimbingan konseling, dan literasi digital demi terciptanya sekolah yang bebas perundungan, aman, dan adaptif terhadap tantangan era digital. Kami berharap keberhasilan implementasi Bully Buster di SMPN 2 Godean dapat menjadi model percontohan nasional,” tambahnya.

Anggota tim pengabdi, Eka Aryani, M.Pd., menilai integrasi Virtual Reality Therapy menjadi langkah maju dalam penanganan korban perundungan.

“Siswa dapat berlatih menghadapi perundungan secara interaktif, sekaligus membangun ketahanan mental dengan cara yang lebih efektif,” ujarnya.

Sementara itu, Abdul Hadi, M.Pd., menyoroti pentingnya fitur pelaporan anonim dalam mendorong keberanian siswa untuk melapor.

“Fitur pelaporan anonim memberi ruang aman bagi siswa. Mereka bisa menyampaikan kasus yang dialami atau dilihat tanpa rasa takut, sehingga sekolah dapat merespons lebih cepat,” jelasnya.

Dukungan juga datang dari pihak sekolah. Nuriyati, S.Pd., guru BK SMPN 2 Godean, menilai Bully Buster membantu guru dalam merespons laporan dengan lebih akurat dan cepat.

“Sebagai guru BK, saya sangat mendukung hadirnya aplikasi ini. Dengan adanya sistem pelaporan yang cepat dan aman, siswa merasa lebih terlindungi, dan kami dapat memberikan respon yang lebih tepat sasaran dalam menangani kasus bullying,” katanya.

Salah satu siswa, Barata, juga merasakan manfaat langsung aplikasi ini.

“Aplikasi ini memberikan ruang yang aman dan membantu saya merasa lebih diperhatikan oleh sekolah,” ucapnya.

Kepala SMPN 2 Godean, Ari Hastarti, S.Pd., menyambut baik penerapan program tersebut.

“Program ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan bebas dari perundungan. Kami berharap lebih banyak sekolah dapat mengimplementasikan program ini untuk melindungi siswa,” ujarnya.

Dengan kolaborasi antara dunia kampus, sekolah, dan pemerintah, kehadiran Bully Buster menandai langkah konkret menuju pendidikan yang lebih aman, empatik, dan berkarakter digital—sekaligus memperlihatkan bagaimana inovasi teknologi dapat menjadi jembatan menuju budaya sekolah tanpa kekerasan. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved