Kakek di Bantul Temukan Cucu Tewas Bunuh Diri

Seorang pelajar inisial MW (15), warga Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, mengakiri hidup dengan cara gantung diri.

TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
BERITA BANTUL HARI INI - Seorang pelajar inisial MW (15), warga Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, mengakiri hidup dengan cara gantung diri. 

Artikel ini dibuat bukan untuk menginspirasi Anda yang sedang berpikir untuk mengakhiri kehidupan.

Bagi Anda yang merasa kesepian dan memiliki permasalahan mental, jangan menunda untuk meminta pertolongan profesional.

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Seorang pelajar inisial MW (15), warga Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, mengakiri hidup dengan cara gantung diri.

Kasi Humas Polres Bantul, Iptu Rita Hidayanto, mengungkapkan, korban ditemukan tak bernyawa oleh kakek korban di dalam rumah, di Kapanewon Imogiri pada Sabtu (4/10/2025) sekira pukul 13.00 WIB.

"Awalnya, kakek korban bermaksud menanyakan kepada korban apakah sudah makan," bebernya, Minggu (5/10/2025).

Namun, nahas, kakek korban malah mendapati korban dalam keadaan gantung diri di dapur rumah. Padahal, selama ini, korban tinggal bersama kakeknya.

Hal itu membuat kakek korban terkejut dan bergegas memberitahu saudara dan tetangga setempat.

"Kekek korban sempat meminta pertolongan tetangga sekitar. Akan tetapi, saat dievakuasi, korban sudah tidak bernyawa," bebernya.

Sampai saat ini, belum diketahui alasan korban mengakhiri hidupnya. Akan tetapi, pihak keluarga korban telah menerima kejadian tersebut.

"Keluarga korba sudah membuat pernyataan menerima kejadian tersebut," beber Rita.

Kejadian itu, membuat daftar kasus bunuh diri di Kabupaten Bantul semakin bertambah dan menjadi 20 kasus.

19 kasus hingga September 2025

Sebelumnya, Polres Bantul mencatat 19 kasus bunuh diri terjadi selama awal Januari hingga September 2025.

Mayoritas, kasus bunuh diri itu dilakukan dengan cara gantung diri. 

Kasi Humas Polres Bantul, Iptu Rita Hidayanto, mengaku sangat menyayangkan kondisi tersebut.

Sebab, sebagian besar, mereka yang melakukan tindakan mengakhiri hidup sendiri tersebut berasal dari kalangan usia produktif.

"Mayoritas, korban bunuh diri berasal dari usia produktif. Namun, ada juga yang berasal dari kelompok lansia, meski jumlahnya lebih sedikit," kata dia, Selasa (30/9/2025).

Adapun penyebab para korban yang nekat melakukan tindakan bunuh diri di antara terlilit masalah ekonomi, tekanan psikologis, hingga masalah keluarga.

Menurut Rita, tindakan bunuh diri bukanlah solusi tepat dalam mengatasi masalah yang ada. 

Sebaliknya, tindakan itu justru dapat menimbulkan duka yang mendalam bagi keluarga korban.

Rita menyebut bahwa tindakan bunuh diri dapat dicegah dengan sikap saling peduli antar sesama masyarakat.

Bahkan, komunikasi dua arah dari pihak keluarga maupun masyarakat menjadi bagian penting untuk mencegah terjadinya tidakan bunuh diri.

"Kami mengimbau kepada warga atau masyarakat agar tetap mempererat silaturahmi dengan lingkungan sekitar, terutama pada mereka yang tinggal sendirian," jelasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul, Agus Tri Widyantara, menyampaikan ada banyak cara untuk menjaga kesehatan mental, sehingga mengantisipasi tindakan bunuh diri.

"Cara menjaga kesehatan mental yakni meluangkan waktu untuk diri sendiri; berbagi cerita dengan orang terpercaya; jaga pola makan, tidur, dan olahraga; lakukan kegiatan yang menyenangkan; dan mencari bantuan professional bila diperlukan," urainya.

Lebih lanjut, masyarakat diimbau untuk dapat mengkonsultasikan masalah kepada dokter umum, psikolog, maupun dokter jiwa yang berada di Puskesmas terdekat, RSUD Panembahan Senopati, maupun RS Swasta.

Pasalnya, meminta bantuan menjadi langkah berani untuk mengatasi masalah yang ada.

Di sisi lain, pihaknya berharap kepada masyarakat agar saling mendukung setiap anggota keluarga yang sedang mengalami kesulitan, tidak memberikan sigma, dan membuat lingkungan yang ramah maupun terbuka.

"Sebisa mungkin, masyarakat menerapkan gaya hidup CERIA yakni cerdas intelektual, emosial, dan spiritual;
empati dalam berkomunikasi efektif; rajib beribadah sesuai agama dan keyakinan; interaksi bermanfaat; serta asih asih dan asih tumbuh kembang dalam keluarga dan masyarakat," paparnya.

Selain itu, apabila sedang memiliki pikiran berat, masyarakat juga diimbau untuk rajin mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga atau melakukan aktivitas fisik teratur, memikirkan hal-hal baik, mengembangkan hobi, hingga dapat melakukan kegiatan sesuai minat dan kemampuan.

"Jangan lupa juga untuk latihan pernafasan untuk mengatasi stress. Bisa duduk dengan posisi santai dan nyamankan sambil membayangkan hal-hal yang menyenangkan dengan mata terpejam, tarik napas dari hidung dalam hitungan tiga detik lalu hembuskan dari mulut dalam tiga detik dan membayangkan seolah beban pikiran dilepaskan," tutupnya.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved