Pelaku Pariwisata Ketar-ketir, Berharap Problem Sampah di Kota Yogya Segera Rampung

Problem tumpukan sampah di depo atau tempat penampungan sementara di Kota Yogyakarta, mulai meresahkan para pelaku pariwisata.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
MENGGUNUNG - Kondisi depo sampah di kawasan Kotabaru, Kota Yogyakarta, yang semakin membeludak, Rabu (24/9/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Problem tumpukan sampah di depo atau tempat penampungan sementara di Kota Yogyakarta, mulai meresahkan para pelaku pariwisata.

Menjelang musim penghujan dan high season libur akhir tahun, tumpukan sampah di berbagai depo dinilai dapat merusak citra Yogyakarta sebagai kota wisata dan berdampak negatif pada sektor perhotelan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengungkapkan, masalah sampah sebagai problem krusial dan berpotensi mengganggu kunjungan wisatawan, baik domestik maupun asing.

Dijelaskan, Kota Yogyakarta sebagai destinasi utama bagi banyak wisatawan, sangat rentan ketika isu-isu terkait kebersihan gagal tertangani.

"Perlu diketahui, wisatawan asing itu banyak yang melakukan tour-nya itu hanya berjalan kaki. Misalnya dari (Jalan) Parangtritis ke Malioboro itu, kebanyakan dari jalan kaki," katanya, Jumat (26/9/2025).

"Kalau ada depo-depo yang menumpuk, itu pasti mengganggu wisatawan yang lewat, lantas muncul image bahwasanya Kota Yogyakarta tidak bisa menjaga kebersihan," tambah Deddy.

PHRI DIY pun menyatakan komitmennya untuk mendukung Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengatasi masalah persampahan ini.

Meski demikian, pihaknya juga meminta supaya eksekutif dapat mengupayakan keterlibatan seluruh sektor, tidak hanya dari kalangan hotel dan restoran saja.

Baca juga: Depo Sampah Kotabaru Yogyakarta Membeludak, Pedagang Bunga Keluhkan Penurunan Omzet

"Kami sudah mewajibkan anggota PHRI untuk bisa mengelola sampah secara mandiri, maupun dengan pihak ketiga yang bisa dipertanggungjawabkan," tandasnya.

Bahkan, ia menyebut, beberapa hotel secara konsisten telah melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan menyasar penanganan masalah sampah.

Rata-rata, program tersebut digulirkan bersama penduduk sekitar, melalui pembuatan biopori, atau mengolah sampah menjadi pupuk yang didistribusikan ke kelurahan.

"Banyak contoh, hotel-hotel yang sudah melakukan, bahkan menjadi rujukan atau studi banding bagi daerah lain, untuk pengelolaan sampah yang ada di hotel-hotel di Kota Yogyakarta," ujarnya.

Namun, Deddy tidak menampik, masih ada titik lemah dalam pengelolaan sampah yang berasal dari sektor jasa akomodasi lain di luar anggota PHRI.

Khususnya, homestay yang memanfaatkan rumah-rumah penduduk di lingkungan permukiman, ataupun kos-kosan yang sistemnya disewakan layaknya penginapan.

"Kebanyakan mereka pengelolaan sampahnya itu hanya dititipkan ke pengambil atau pengepul yang gerobak kuning itu, tidak dikelola sendiri," katanya.

"Ini kan jadi masalah, karena tingkat hunian mereka juga tidak sedikit. Tentunya, supply dari sampah ini juga banyak. Nah, ini yang harus jadi perhatian pemerintah," urai Deddy.

Lebih lanjut, PHRI DIY menyatakan dukungannya terhadap program emberisasi yang menjadi bagian dari gerakan Masyarakat Jogja Olah Sampah, atau Mas Jos.

Akan tetapi, ia menekankan perlunya pengawasan dan pembinaan bagi warga, khususnya terhadap penginapan yang bukan bagian dari anggota perhimpunannya.

"Penginapan-penginapan yang bukan anggota kami harus diawasi juga. Ini betul-betul loh, pengelolaan sampah ini memang menjadi kewajiban kita bersama," cetusnya. 

Diberitakan sebelumnya, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengungkapkan, bahwa kondisi depo bakal dinormalisasi supaya tidak membludak lagi.

Ia menegaskan, sampah-sampah yang meluber ke luar  bangunan depo akan dibereskan segera, sebelum puncak musim hujan melanda Kota Pelajar.

"Semua harus bersih, tidak ada (sampah) yang di luar depo. Sebelum musim hujan kita selesaikan sampah yang di luar depo," tandasnya.

Saat ini, ia mengakui, meski proses pembersihan sudah digencarkan, masih terdapat beberapa tempat penampungan sementara yang overload.

Hanya saja, mantan Bupati Kulon Progo itu menyebut, jumlah depo yang kondisinya membludak secara perlahan semakin berkurang.

  "Sekarang yang overload tidak banyak, hanya Mandala Krida, Argolubang, RRI (Kotabaru), kemudian Pengok sudah kami bersihkan, paling hari ini tersisa 20 persen," ucapnya.

"Yang lain sudah terkendali, termasuk depo yang ada di Purawisata, terus di Pringgokusuman, Lapangan Karang, sudah terkondisi," pungkas Hasto. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved