Ratusan Telaga di Gunungkidul Tidak Berfungsi Optimal

Dari total  359 telaga yang tersebar di 18 kapanewon, hanya sekitar 20 telaga yang masih dapat berfungsi baik sepanjang tahun.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Dok Tribunjogja
TELAGA JONGE: Foto dok ilustrasi. Warga tengah mengambil air sembari menggendong anaknya, di Telaga Jonge, di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, Jumat (19/5/2017). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, mencatat ada ratusan telaga di wilayahnya  tidak berfungsi dengan baik.

Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman Gunungkidul, Sigit Swastono, dari total  359 telaga yang tersebar di 18 kapanewon, hanya sekitar 20 telaga yang masih dapat berfungsi baik sepanjang tahun.

"Hasil dari pendataan diketahui ada ratusan telaga yang tidak berfungsi dengan baik," tuturnya pada Rabu (10/9/2025).

Dari melanjutkan tidak berfungsinya telaga dengan baik dikarenakan beberapa faktor, di antaranya terjadinya sedimentasi yang parah sehingga mengering saat kemarau. Maupun, ada alih fungsi dari telaga menjadi lahan pertanian.

"Untuk telaga yang beralih fungsi menjadi lahan, untuk berapa banyaknya masih terus di data. Tapi memang banyak telaga yang rusak sehingga tidak berfungsi dengan baik," ucapnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Sigit mengaku pihaknya sudah berupaya 
melakukan  revitalisasi dan pemeliharaan telaga. Langkah-langkah yang dilakukan dengan perbaikan talut hingga upaya pengerukan. 

“Kegiatan penanaman pohon juga dibutuhkan untuk mencegah aliran permukaan yang membawa sedimentasi ke telaga. Sehingga tidak cepat dangkal telaganya, dan memang ini butuh sosialisasi ke Masyarakat juga, agar telaga tetap dijaga dan tidak semakin rusak," paparnya.

Salah satu telaga yang tidak berfungsi dengan baik ada di  Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu. Lurah Pacarejo, Suhadi, mencatat dari 13 telaga yang ada, sembilan di antaranya sudah mengering. 

“Hanya Telaga Jonge, Ledok, Sri Lutut, dan Sruweng yang masih ada airnya. Selebihnya kering karena kemarau,” ucapnya. 

Dirinya pun berharap ada program revitalisasi agar telaga kembali berfungsi untuk pertanian, kebutuhan ternak, hingga budidaya ikan.

Kondisi serupa juga terjadi di Kapanewon Semin. Warga Tahunan, Supardi, menuturkan Telaga Plumpit mulai menyusut airnya. Meski dinding telaga sudah diperkuat dengan cor, air tetap cepat habis lantaran dipakai mengairi lahan pertanian. 

“Saat musim penghujan telaga bisa menampung air, tapi kalau kemarau cepat kering,” katanya.

Hal serupa juga diharapkannya, agar telaga bisa direvitalisasi dan bisa digunakan meskipun di musim kemarau.

"Harapannya bisa seperti sediakala, telaga bisa menampung air meskipun kemarau datang," pungkasnya (ndg)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved