Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke DIY pada semester I 2025 mencapai 43.247. Angka itu mengalami penurunan sebesar 15,53 persen dibandingkan dengan semester I 2024. Pada semester I 2024, kunjungan wisman mencapai 51.197.
Kunjungan wisman asal Tiongkok mengalami penurunan paling dalam, dari 3.266 pada semester I 2024 menjadi 2.003 pada semester I 2025.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardyanto Setyo Ajie mengatakan kondisi geopolitik global sedikit banyak memengaruhi penurunan wisman, termasuk dari Tiongkok.
Di samping itu, ada beberapa pertimbangan wisman asal Tiongkok dalam memilih destinasi. Salah satunya satunya adalah destinasi dan belanja yang murah, seperti di Manado dan Bali.
“Kalau Tiongkok itu pertama yang dicari beach (pantai), mereka kan daratan. Kemudian dari sisi shopping dan destinasi ringan, masih menjadi prioritas mereka. Market budgeting yang lebih murah, itu yang menjadi pilihan mereka,” katanya, Kamis (07/08/2025).
“Kemudian dari sisi food-nya, misalnya pork (daging babi). Di Manado nggak apa-apa, di Bali welcome, tetapi di Jogja enggak. Non halal ada, tetapi nggak seterbuka Manado dan Bali, padahal mereka (wisman Tiongkok) makan yang begitu (nonhalal). Jadi mereka memilih daerah yang memberikan kenyamanan,” sambungnya.
Ia menilai untuk menggenjot kunjungan wisman asal Tiongkok juga diperlukan keseriusan Pemerintah Daerah DIY. Seperti di Manado, pemerintah setempat menyadari pentingnya pangsa Tiongkok dan memberikan prioritas. Sehingga jadwal penerbangan langsung Manado-Tiongkok tinggi.
“Karena pemerintah daerahnya (Manado) memberikan prioritas, bagaimana flight di sana ada kemudahan. Itu peran Pemda itu menguatkan,” lanjutnya.
Ia menambahkan wisman Tiongkok tidak memiliki pola tertentu, seperti market Eropa. Selain jumlah populasi yang sangat besar, pemerintah setempat juga memberikan subsidi agar pariwisata terus berjalan.
“Pemerintahnya juga memberikan subsidi-subsidi untuk menggerakkan, tidak hanya saat high season. Supporting pemerintahnya cukup baik supaya pariwisata jalan. Dari season-nya justru tidak rigid seperti market Eropa,” imbuhnya. (maw)