Kemampuan Pengolahan Sampah di Hilir Menurun, Wali Kota Yogya Akui Kerepotan

Penulis: Azka Ramadhan
Editor: Yoseph Hary W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MASALAH SAMPAH: Foto dok. Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, saat ditemui di Balai Kota Yogyakarta, Jumat (23/5/25). Hasto bicara soal pengelolaan sampah di Jogja.

TRIBUNJOGJA.COM - Problem tumpukan sampah di depo-depo atau tempat penampungan sementara di Kota Yogyakarta tidak kunjung terselesaikan.

Kondisi tersebut sudah terjadi sejak kisaran akhir Juni 2025 silam, atau masa libur panjang sekolah, yang berdampak pada lonjakan produksi limbah.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo menandaskan, situasi itu semakin diperparah dengan rantai pasok sampah yang kini mengalami kendala.

Menurutnya, kemampuan pengolahan sampah di hilir menurun, seiring ketidakmampuan pihak swasta yang sebelumnya bekerjasama dengannya.

"Sebut saja seperti Panggungharjo, yang semula membantu kita, akhirnya tidak mampu. Kemudain, ada juga di (ITF) Bawuran," katanya, Kamis (24/7/25).

"Itu semula kapasitasnya akan besar, tapi sekarang baru 10-20 ton sehari. Ketika banyak pengolah sampah swasta yang akhir-akhir ini tidak beroperasi, maka kita menjadi kerepotan," urai Hasto.

Ia menyebut, mundurnya pihak swasta dalam kerja sama pengolahan sampah, sedikit banyak disebabkan oleh benturan dengan regulasi yang ada.

Dalam artian, mereka tidak bisa secara penuh mengikuti masalah perizinan, atau ketentuan sesuai undang-undang yang berlaku dalam hal pengolahan sampah.

"Sehingga, saya harus mencari solusi untuk mereduksi sampah, butuh kerja keras dalam sebulan terakhir ini. Insyaallah, mudah-mudahan bisa terlaksana," terangnya.

Bukan tanpa alasan, mantan Kepala BKKBN RI itu mengungkapkan, limbah yang belum terolah tidak boleh dibuarkan terlalu lama mengendap di depo.

Ia tidak menghendaki kondisi depo kembali kelebihan muatan, hingga mengganggu kenyamanan warga masyarakat seperti beberapa waktu lalu.

"Tidak bisa sampah disimpan lama-lama di depo. Saya juga tidak mau depo overload seperti dulu. Hari ini saya pantau, ya terisi separo, tidak boleh lebih dari itu. Bagaimana caranya agar depo tetap tidak overload seperti dulu," tegasnya.

Dijelaskan, salah satu upaya yang bakal ditempuh adalah, mendukung optimalisasi ITF Bawuran, yang berlokasi di Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul.

Hasto mengatakan, unit pengolahan sampah yang dikelola oleh Perumda Aneka Dharma itu sebenarnya memiliki kapasitas mumpuni, hingga ratusan ton per hari.

"Bawuran kapasitas mesinnya kalau optimal bisa ratusan ton. Hanya, sekarang perlu didukung bersama agar menjadi cepat beroperasi. Saya kira, salah satu yang mesinnya besar dan sudah ter-setting up, tinggal menyempurnakan, adalah Bawuran," ujarnya. (aka)

Berita Terkini