Fenomena embun es muncul saat suhu udara sangat dingin dan embun yang terkondensasi membeku. Akibatnya, lapisan es yang muncul akan menutupi tumbuhan dan permukaan tanah.
Fenomena embun es berlangsung pada periode waktu terbatas, terutama saat musim kemarau (Juni – Oktober).
Walaupun Indonesia merupakan negara tropis dengan iklim hangat (warm climate), frost dapat terjadi pada wilayah dataran tinggi apabila beberapa kondisi cuaca terpenuhi.
“Fluktuasi kejadian fenomena embun es Dieng ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh adanya fenomena iklim global seperti El Nino dan La Nina serta adanya perubahan iklim,” ujar Ardhasena.
Di sisi lain, akibat cuaca ekstrem yang menghasilkan embun es di dataran tinggi Dieng, Ardhasena berujar fenomena ini memiliki dampak negatif yang perlu dipertimbangkan.
Pada sektor pertanian, menyebabkan tanaman menjadi layu, mati dan mengering. Fenomena ini juga berdampak pada kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah setempat.
Namun, di balik dampak buruknya, fenomena frost meninggalkan keunikan yang dapat dijadikan wisata bagi masyarakat.
“Jika fenomena kemunculan embun es ini dapat dikelola dan dipromosikan dengan baik, dapat menjadi potensi wisata unik di Dieng yang dapat mendatangkan lonjakan kunjungan wisatawan yang signifikan dan meningkatkan perekonomian lokal,” ungkap Ardhasena.
Sementara itu PJ.Bupati Banjarnegara Tri Harso Widirahmanto dalam sambutannya yang diwakilkan oleh Kepala Baperlitbang, Yusuf Agung Prabowo menyampaikan, kawasan Dataran Tinggi Dieng dianugerahi potensi alam yang melimpah. Jika dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.
Kawasan dataran tinggi Dieng telah ditetapkan sebagai warisan geologi atau geoheritage di tahun 2022 oleh Kementerian ESDM.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng dalam proses pengusulan menjadi kawasan geopark nasional.
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara terus berupaya mengembangkan potensi wisata.
“Pemanfaatan informasi dan layanan BMKG perlu dimaksimalkan untuk mendorong pengembangan ekowisata di wilayah Dieng secara berkelanjutan” jelasnya.
(MG/Anggitya Trilaksono)