Fenomena Es Embun di Dieng? Begini Penjelasan Ilmiahnya

Penulis: Tribun Jogja
Editor: Joko Widiyarso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fenomena Es Embun di Dieng

TRIBUNJOGJA.COM - Dieng adalah sebuah dataran tinggi di Jawa Tengah yang dikenal karena keindahan alamnya, termasuk kawah-kawah vulkanik, padang rumput, dan fenomena alam lainnya.

Menurut penjelasan ilmiah, fenomena embun es atau mbun upas di Dieng terjadi karena kombinasi beberapa faktor kondisi cuaca dan geografis. 

Dieng memiliki ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut.

Pada ketinggian ini, suhu udara dapat turun sangat rendah pada malam hari atau pagi hari, terutama saat musim kemarau atau pada kondisi cuaca cerah dengan sedikit tutupan awan.

Pada malam hari yang cerah, permukaan bumi di Dieng kehilangan panas melalui radiasi ke atmosfer, hal ini menyebabkan suhu permukaan tanah turun drastis.

Ketika suhu udara di dekat permukaan tanah turun di bawah 0°C, uap air di udara dapat mengembun dan membeku menjadi kristal es tipis di permukaan tanah, tumbuhan, atau objek lainnya, ini adalah fenomena embun es.

Kondisi geografis Dieng yang berada di dataran tinggi dengan suhu yang bisa sangat rendah pada pagi hari mendukung terjadinya fenomena embun es ini.

Fenomena ini sering disebut sebagai "embun es" atau "frost" dalam bahasa Inggris, fenomena embun es di Dieng menjadi daya tarik bagi wisatawan karena keunikan dan keindahannya.

Pengunjung dapat menyaksikan pemandangan alam yang indah dengan embun es yang menutupi permukaan tanah atau tumbuhan di pagi hari.

Meskipun menjadi daya tarik wisata yang unik dan menarik perhatian banyak pengunjung, embun es juga membawa dampak negatif bagi masyarakat lokal, terutama para petani.

Tanaman pertanian seperti kentang dan sayuran dataran tinggi dapat rusak akibat jaringan tanaman yang membeku sehinggan menurunkan hasil panen.  

Embun es di Dieng merupakan fenomena alam yang indah namun penuh tantangan, khususnya bagi kehidupan dan ekonomi masyarakat sekitar.

Menurut BMKG

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati yang diwakili oleh Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan fenomena embus es (frost) di Dieng merupakan salah satu aspek cuaca yang menyita perhatian serius bagi kalangan ilmuwan, praktisi cuaca, dan masyarakat.

“Cuaca dan iklim merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, dan peristiwa-peristiwa ekstrim seperti embun es (frost) memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor kehidupan” kata Ardhasena saat membuka seminar ilmiah bertajuk ‘Mengenal Fenomena Embun Es Dieng: Kemunculan dan Dampaknya’, dikutip dari situs web BMKG.go.id.

Pada seminar ilmiah ini disampaikan hasil pengamatan frost dan temperatur minimum komprehensif di wilayah Dieng, Jawa Tengah sejak tahun 2020. Pengamatan dilakukan dengan memasang peralatan AWS di wilayah Candi Arjuna.

Fenomena embun es muncul saat suhu udara sangat dingin dan embun yang terkondensasi membeku. Akibatnya, lapisan es yang muncul akan menutupi tumbuhan dan permukaan tanah.

Fenomena embun es berlangsung pada periode waktu terbatas, terutama saat musim kemarau (Juni – Oktober).

Walaupun Indonesia merupakan negara tropis dengan iklim hangat (warm climate), frost dapat terjadi pada wilayah dataran tinggi apabila beberapa kondisi cuaca terpenuhi.

“Fluktuasi kejadian fenomena embun es Dieng ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh adanya fenomena iklim global seperti El Nino dan La Nina serta adanya perubahan iklim,” ujar Ardhasena.

Di sisi lain, akibat cuaca ekstrem yang menghasilkan embun es di dataran tinggi Dieng, Ardhasena berujar fenomena ini memiliki dampak negatif yang perlu dipertimbangkan.

Pada sektor pertanian, menyebabkan tanaman menjadi layu, mati dan mengering. Fenomena ini juga berdampak pada kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah setempat.

Namun, di balik dampak buruknya, fenomena frost meninggalkan keunikan yang dapat dijadikan wisata bagi masyarakat.

“Jika fenomena kemunculan embun es ini dapat dikelola dan dipromosikan dengan baik, dapat menjadi potensi wisata unik di Dieng yang dapat mendatangkan lonjakan kunjungan wisatawan yang signifikan dan meningkatkan perekonomian lokal,” ungkap Ardhasena.

Sementara itu PJ.Bupati Banjarnegara Tri Harso Widirahmanto dalam sambutannya yang diwakilkan oleh Kepala Baperlitbang, Yusuf Agung Prabowo menyampaikan, kawasan Dataran Tinggi Dieng dianugerahi potensi alam yang melimpah. Jika dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.

Kawasan dataran tinggi Dieng telah ditetapkan sebagai warisan geologi atau geoheritage di tahun 2022 oleh Kementerian ESDM.

Kawasan Dataran Tinggi Dieng dalam proses pengusulan menjadi kawasan geopark nasional.

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara terus berupaya mengembangkan potensi wisata.

“Pemanfaatan informasi dan layanan BMKG perlu dimaksimalkan untuk mendorong pengembangan ekowisata di wilayah Dieng secara berkelanjutan” jelasnya.

(MG/Anggitya Trilaksono)

 

Berita Terkini