TRIBUNJOGJA.COM - Sebanyak 23 ribu ton timbulan sampah di Kota Yogyakarta berhasil terolah selama 100 hari kerja pertama Wali Kota Hasto Wardoyo bersama wakilnya Wawan Harmawan.
Keberhasilan tersebut menjadi bukti komitmen keduanya terhadap janji kampanye yang digaungkan sepanjang kampanye Pilkada 2024 silam, terkait penyelesaian masalah limbah.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengakui progres penanganan sampah senantiasa ditunggu masyarakat, karena dianggap sebagai salah satu polemik paling krusial dewasa ini.
Oleh sebab itu, sebagai langkah awal, pengangkutan sampah yang menumpuk sekian lama di depo-depo besar, menjadi prioritasnya semenjak resmi dilantik menjadi kepala daerah.
"Jumlah yang kita angkat, yang menumpuk bertahun-tahun itu, sekitar 3.600 ton. Sambil mengangkat yang menumpuk, kita juga mengangkat sampah harian. Kita hitung, lima minggu selesai itu," katanya, Jumat (23/5/25).
Dijelaskan, dengan kemampuan pengelolaan harian menyentuh 260 ton, sejauh ini Pemkot Yogyakarta mampu mengolah 1.600 ton sampah per minggu, atau sekitar 6.400 ton per bulan.
Sehingga, dalam tiga bulan, atau 100 hari kerja pertamanya, pemerintah berhasil mengolah 19.200 ton sampah, plus 3.600 limbah lama yang sebelumnya mengendap di depo.
"Itulah yang harus kita lakukan, dan alhamdulillah bisa. Ya, hampir 23.000 ton. Kemudian, ke depan, kita harus bisa mempertahankan (pengolahan) sampah real time harian, yang besarnya 1.600 per minggu," cetusnya.
"Kita siapkan itu, ada tujuh insenerator. Sisanya, untuk kekurangannya, kita kerja sama, bermitra dengan Pemkab Bantul, di Bawuran. Sehingga, mulai kemarin kita sudah mengirim ke Bawuran," imbuh Hasto.
Alhasil, dengan sistem pengolahan yang semakin terstruktur, Hasto pun bisa bernafas lega, karena potensi lonjakan produksi sampah setiap akhir pekan dan libur panjang bisa tertangani.
Meski demikian, Wali Kota menegaskan, bahwa langkah ini baru permulaan, sehingga masyarakat harus mempertahankan konsistensinya untuk melakukan pengolahan mandiri dan pembuangan selaras aturan berlaku.
"Karena kalau dipilah, tidak dicampur, perilaku bagus, maka sampah yang harus kami bawa ke insinerator-insinerator itu sedikit ya. Makanya, kita harus berjuang lebih keras untuk mendisiplinkan warga," pungkasnya. (aka)