Berita proklamasi kemerdekaan disambut dengan kebahagiaan oleh sebagian besar rakyat Indonesia, terutama dari kalangan pemuda.
Para pemuda yang diliputi euforia kemerdekaan ingin segera mengambil alih kekuasaan dan persenjataan dari tangan Jepang.
Beberapa di antaranya berjalan dengan damai atau tanpa perlawanan dari pihak tentara Jepang, namun ada pula yang disertai dengan konflik atau bentrokan bersenjata seperti yang terjadi di Surabaya.
Para pemuda melakukan perebutan senjata, kantor pemerintahan, dan sarana yang strategis.
Selain itu, kelompok pemuda di Jakarta memprakarsai rapat raksasa di Lapangan Ikada Jakarta yang berlangsung pada 19 September 1945.
Pada hari yang sama di Surabaya terjadi insiden perobekan bendera.
Pada saat itu tentara Sekutu telah datang dan membebaskan sebagian orang Eropa yang sebelumnya menjadi tawanan perang Jepang.
Dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia datang dari Yogyakarta.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII pada 19 Agustus 1945 menyampaikan selamat atas proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia juga ditunjukkan dengan pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI) Daerah di berbagai wilayah seperti di Aceh, Palembang, Yogyakarta, Surakarta, dan sebagainya.
Respon dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia juga diwujudkan dalam bentuk grafiti atau tulisan di dinding bangunan di berbagai kota.
3. Sambutan terhadap Berita Proklamasi di Luar Negeri
Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak hanya disambut gembira oleh bangsa Indonesia yang ada di tanah air, tapi juga oleh diaspora Indonesia di luar negeri.
Sebagai contoh, orang-orang Indonesia yang berada di Mesir mendengar berita proklamasi kemerdekaan Indonesia melalui siaran radio pada 18 Agustus 1945.