Bahkan, kata Rezky, itu merupakan momentum untuk bersatu dengan 13 faksi lain, termasuk Fatah.
Apalagi, 14 faksi di Palestina menyatakan siap untuk memimpin Palestina pascaperang dengan dijembatani oleh Tiongkok.
“Belum ada tanda-tanda para faksi itu bubar. Setelah dijembatani Tiongkok, mereka justru menguat dan itu yang ditunggu orang Palestina sejak lama. Bukan hanya pemimpinnya yang bersatu, tapi akar rumputnya juga mulai akur. Mereka mulai ada di jalur yang sama,” beber dia.
Rezky menyebut, di dalam negeri Israel, Benjamin Netanyahu juga tidak disukai oleh masyarakatnya karena dianggap membawa kehancuran.
Salah satu dampak nyata adalah orang Yahudi dikucilkan di dunia karena perbuatan Netanyahu yang semena-mena kepada rakyat Palestina.
“Tapi justru dengan terbunuhnya Haniyeh, itu dapat digunakan Netanyahu untuk menjaring dukungan politik di dalam negeri. Isu yang dia gunakan adalah keamanan. Israel bisa melawan, kira-kira begitu,” terangnya. (*)