Berita Bantul Hari Ini

Kasus DBD di Bantul Melonjak Drastis: Tercatat Ada 582 Kasus, Jauh Lampaui Jumlah Kasus Tahun Lalu

Penulis: Neti Istimewa Rukmana
Editor: Kurniatul Hidayah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret gedung Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Selasa (11/6/2024).

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, terpantau merangkak naik pada setiap bulannya.

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Samsu Aryanto, mengatakan, pada Januari 2024 lalu hanya ada 25 kasus DBD di Kabupaten Bantul. Namun, pada bulan selanjutnya meningkat menjadi 80 kasus DBD.

"Selanjutnya, pada Maret 2024 terdapat 113 kasus DBD dan mengalami peningkatan kembali pada April 2024 mencapai 165 kasus serta Mei 2024 menjadi 168 kasus," katanya kepada Tribunjogja.com, Selasa (11/6/2024).

Baca juga: Hasil Laboratorium Dugaan Keracunan di Playen, Dinkes Gunungkidul: Ditemukan Kapang dan E.Coli

Kemudian, sejak 1-10 Juni 2024 sudah terpantau ada 12 kasus DBD di Kabupaten Bantul. Dengan begitu, sejak awal 2024 sampai 10 Juni 2024 tercatat kasus DBD tembus 582 kasus.

Kasus itu mengalami peningkatan yang sangat drastis dibandingkan pada 2023 lalu. Di mana, selama 2023 lalu, hanya ada sekitar 130-an kasus DBD.

Meski meningkat, Dinkes Bantul belum mencatat adanya orang meninggal dunia dikarenakan sebaran DBD pada 2024. Demikian pula pada 2023 lalu.

"Lalu, semua kapanewon di Kabupaten Bantul dilaporkan ada kasus DBD. Namun, kasus tertinggi terjadi di Kapanewon Pleret dan terendah di Kapanewon Kretek," jelasnya.

Kemudian, jika dilihat dari kasus DBD yang ada selama 2024, kata Samsu hampir menyerang semua kalangan usia. 

Kini pihaknya terus melakukan berbagai macam upaya untuk menekan sebaran kasus DBD di Bumi Projotamansari.

"Upaya pencegahan kejadian luar biasa DBD yang kami lakukan berupa penyediaan alat rapid diagnostik test (RDT) NS1 combo untuk deteksi awal DBD serta penguatan penanganan dan layanan DBD di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes)," tutur dia.

Tidak hanya itu saja, pihaknya juga Kembali menggencarkan penguatan promotif preventif di masyarakat, penguatan jejaring lintas sektor untuk gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk serta pemberdayaan jumantik.

"Kami juga sudah berupaya memberikan surat edaran kewaspadaan DBD untuk organisasi perangkat daerah, Fasyankes, maupun kalurahan," papar Samsu.

Selanjutnya, pihaknya akan melakukan fogging fokus jika ditemukan indikasi penularan DBD dalam batas yang tidak wajar.

Sementara itu, Kepala Dinkes Bantul, Agus Tri Widiyantara, menyebut, meningkatnya kasus DBD dikarenakan beberapa hal.

"Bisa jadi dari sisi kepadatan pemungkiman. Yang jelas karena tempat-tempat perindukan nyamuk ya mungkin cukup tinggi juga di sana, sehingga indikasinya cukup banyak wilayah itu," tutup Agus. (nei) 

Berita Terkini