Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Terjadi 32 kali gempa guguran dalam pengamat enam jam aktivitas Gunung Merapi, Rabu (14/6/2023).
Hal tersebut terlihat dalam pengamatan mulai 00:00-06:00 WIB oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, ada suara guguran 5 kali dengan Intensitas sedang-kecil, terdengar dari Pos Babadan.
Baca juga: MUI, Kemenag DIY, UGM dan P3E Jawa Bekerjasama Bekali Dai Program Kampung Iklim
“Secara meteorologi, cuaca mendung. Angin bertiup lemah ke arah timur. Suhu udara 17-18 °C, kelembaban udara 69-71 persen dan tekanan udara 65-67 mmHg,” ujarnya.
Secara visual, gunung jelas hingga kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati.
Gempa guguran berjumlah 32 kali itu memiliki amplitudo 3-29 mm berdurasi 46.1-219.6 detik.
Gempa hybrid/fase banyak terjadi sekali dengan amplitudo 3 mm, S-P 0.4 detik, berdurasi 5.1 detik.
“Tingkat aktivitas Gunung Merapi saat ini berada di level III atau siaga,” jelasnya.
Potensi bahaya saat ini, kata dia, berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya.
Sektor itu meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara, sektor meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Masyarakat juga diimbau agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar gunung.
“Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” tukasnya. (ard)