Berita Sleman Hari Ini

Per Hari, Volume Sampah di Sleman Capai 738 Ton

Penulis: Ahmad Syarifudin
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi sampah plastik yang menumpuk.

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati setiap tanggal 21 Februari.

Ini menjadi momentum semangat dari Pemerintah untuk menghimpun keterlibatan dan kesadaran masyarakat terhadap persoalan sampah .

Tak terkecuali di Kabupaten Sleman .

Sebab, timbulan sampah yang dihasilkan di Kabupaten sebelah utara Yogyakarta ini cukup besar.

Per hari menghasilkan 738,71 ton per hari. 

"Volume sampah Kabupaten Sleman per hari berdasarkan jumlah penduduknya 1.136.474 jiwa adalah 738,71 ton. Paling dominan adalah sampah rumah tangga," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman , Dra. Epiphana Kristiyani, Selasa (21/2/2023). 

Baca juga: DPUPKP Kulon Progo Berencana Bangun Landfill Baru Seluas 5.000 Meter Persegi

Perhitungan 738,71 ton tersebut didapat dengan asumsi setiap orang per hari menghasilkan 0,5 kg sampah dan dikalikan jumlah penduduk di bumi sembada 1.136.474 jiwa.

Di momen Hari Peduli Sampah Nasional, Epiphana mengajak masyarakat untuk peduli sampah dengan cara mengurangi volumenya.

Yaitu dengan melakukan pemilahan sampah organik maupun anorganik di masing-masing rumah tangga. 

Sampah kategori anorganik bisa dikumpulkan menjadi rongsok dan bisa dijual langsung ke pengepul.

Sedangkan kategori sampah organik menjadi kompos, pakan maggot ataupun bisa diolah menjadi ecoenzym. 

"Sehingga (volume) sampah yang dibuang tinggal sedikit, berupa sampah residu," kata Epiphana. 

Data DLH Sleman menyebut, komposisi sampah organik masih mendominasi di pemukiman di Sleman sebesar 62,41 persen.

Disusul sampah plastik 27,63 persen.

Lainnya sampah kertas 7,77 persen; kain dan karet masing-masing 0,22 persen;  logam 0,90 persen; dan kaca 0,83 persen. 

Adapun untuk non- pemukiman, angkanya bervariasi.

Tribun Jogja mengambil data untuk sampah organik dan plastik saja karena dua kategori tersebut yang paling mendominasi.

Di Sekolah menghasilkan sampah organik 67,83 persen dan sampah plastiknya 14,13 persen.

Perkantoran menghasilkan sampah organik 68,93 persen dan 6,10 persen sampah plastik.

Pertokoan menghasilkan sampah organik 18,41 persen dan sampah plastiknya cukup tinggi yakni 54,68 persen. 

Selanjutnya, rumah sakit menghasilkan sampah organik sebesar 19,27 persen dan 14,13 untuk sampah plastik.

Pasar menghasilkan sampah organik 62,56 persen dan sampah plastiknya 7,59 persen.

Restoran menghasilkan sampah plastik 75,80 persen dan 18,63 persen untuk sampah plastik.

Hotel menghasilkan organik 65,57 persen dan 31,62 persen untuk sampah plastik.

Adapun tempat wisata menghasilkan sampah plastik cukup tinggi yaitu sebesar 50,67 persen sedangkan sampah organiknya 13,10 persen. 

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman , Sugeng Riyanta menyampaikan, sampah organik berupa dedaunan masih didominasi di area pedesaan sedangkan sampah anorganik berupa plastik mayoritas ada di area perkotaan. 

"Sekilas, kalau di perkotaan mayoritas (sampah) plastik. Sedang kalau di pedesaan didominasi sampah organik," kata Sugeng.

Menurutnya, Hari Peduli Sampah Nasional di Kabupaten Sleman untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap persoalan sampah akan dipusatkan di Tlogoputri Kaliurang, pada 10 Maret 2023. 

Pelbagai upaya selama ini telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman untuk menekan volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir.

Antara lain melalui optimalisasi transfer depo, TPS3R, maupun bank sampah .

Baca juga: TPA Piyungan Penuh, Pemda DIY Operasikan Zona Transisi untuk Tampung Sampah Masyarakat

Di samping itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan, pihaknya telah membuat surat edaran untuk mengurangi dan memilah sampah kepada 17 kapanewon, instansi, sekolah, pasar, tempat wisata dan sebagainya. 

"Kita buat edaran sebagai penguat dari instruksi Bupati Sleman No.30/2022 tentang Gerakan Pilah Sampah. Kita ingin ini menjadi gerakan bersama seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama peduli sampah ," katanya. 

Menurut dia, kunci keberhasilan dalam gerakan memilah sampah sebenarnya di mulai dari keluarga.

Ketika masing-masing keluarga sudah melakukan maka akan timbul kesadaran bersama untuk menjaga kebersihan, baik di rumah maupun di lingkungan sekitar.

Ia menyadari sepenuhnya, hingga saat ini masih diperlukan edukasi dan sosialisasi secara massif kepada masyarakat.

Pasalnya, gerakan pilah sampah ini bukan hanya berbicara program melainkan perubahan perilaku masyarakat.

"Membiasakan masyarakat itu sangat sulit, sehingga kita perlu upaya keras bagaimana kita mengedukasi masyarakat, mendampingi masyarakat untuk melakukan pemilahan. Ini yang akan selalu kami upayakan," ujar Kustini. Di momentum HPSN tahun 2023, Ia mengajak kepada seluruh masyarakat untuk mengelola sampah sehingga dapat terwujud Sleman yang sehat, cerdas, sejahtera dan berdaya saing.( Tribunjogja.com )

Berita Terkini