Perang Rusia Ukraina

Politisi Prancis Sebut AS Akan Campakkan Zelensky Begitu Tak Dibutuhkan Lagi

Penulis: Krisna Sumarga
Editor: Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Joe Biden duduk di Oval Office di Gedung Putih di Washington, DC, setelah dilantik di US Capitol pada 20 Januari 2021.

Di AS, jajak pendapat menunjukkan dukungan untuk terus membiayai militer Ukraina pada tingkat saat ini terkikis tajam.

Gedung Putih mungkin menghadapi perlawanan setelah pemilihan paruh waktu Selasa karena berusaha untuk melanjutkan program bantuan keamanan ke Ukraina yang jumlahnya terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin.

Dalam perjalanan ke Kyiv pada Jumat (4/11/2022), penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan AS mendukung perdamaian yang adil dan abadi untuk Ukraina.

Washington memastikan dukungan AS akan terus berlanjut terlepas dari politik dalam negeri.

“Kami sepenuhnya bermaksud untuk memastikan sumber daya ada di sana seperlunya dan kami akan mendapatkan suara dari kedua sisi untuk mewujudkannya,” katanya saat briefing.

Semangat untuk mencari resolusi perang meningkat ketika pasukan Ukraina merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia.

Pasukan Kiev dilaporkan semakin dekat ke daerah-daerah yang dikontrol pasukan Putin, termasuk kea rah Krimea.

Krimea dikontrol Rusia pada 2014. Kota-kota di sepanjang Laut Azov yang sekarang dikuasai Rusia memberinya "jembatan darat" ke semenanjung Ukraina.

Zelensky telah bersumpah untuk memperjuangkan setiap inci wilayah Ukraina.

Diplomat veteran Alexander Vershbow, yang menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Rusia dan Wakil Sekjen NATO, mengatakan AS tidak dapat sepenuhnya “agnostik” tentang bagaimana dan kapan perang berakhir.

Ini mengingat kepentingan AS dalam memastikan keamanan dan Eropa Eropa. menghalangi agresi Kremlin lebih lanjut di luar perbatasan Rusia.

“Jika kondisinya menjadi lebih menguntungkan untuk negosiasi, saya tidak berpikir pemerintah akan pasif,” kata Vershbow.

“Tetapi pada akhirnya Ukraina yang melakukan pertempuran, jadi kita harus berhati-hati untuk tidak menebak-nebak mereka,” lanjutnya.

Sementara Volodymir Zelensky mengajukan proposal untuk perdamaian yang dinegosiasikan dalam minggu-minggu setelah invasi Putin pada 24 Februari.

Poinnya termasuk netralitas Ukraina dan pengembalian wilayah yang diduduki oleh Rusia sejak tanggal itu.

Para pejabat Ukraina telah mengeraskan pendirian mereka dalam beberapa bulan terakhir semenjak Kiev menarik diri dari segala bentuk negosiasi dengan Rusia.

Terakhir perundingan difasilitasi di Istanbul, Turki. Sesudah memberi tanda-tanda kesepakatan, Ukraina berbalik drastic akibat dorongan kekuatan NATO dan pendukungnya di barat.(Tribunjogja.com/Sputniknews/WashingtonPost/xna)

 

 

 

 

Berita Terkini