Tas itu dijual dengan harga paling murah Rp10 ribu hingga Rp200 ribu.
"Kita jualnya online dan offline, hasilnya lumayan," akunya.
Perajin Tas Rajut lainnya, Anjani Sita Rini (32) mengatakan jika dirinya mulai merintis sejak tahun 2020 saat pandemi Covid-19.
"Awalnya saya bantu jualin Tas Rajut bikinan mertua karena saya juga kerja di pabrik. Lalu saat pandemi baru benar-benar merintis," katanya.
Menurutnya, saat itu dirinya bersama suaminya pergi langsung mengantarkan kerajinan itu ke berbagai pasar yang ada di Klaten, Yogyakarta, Nganjuk hingga Jombang.
"Waktu itu ngantarnya pakai sepeda motor, alhamdulillah banyak pembeli hingga akhirnya kami bisa beli mobil untuk mengantarkan Tas Rajut ini ke pasar-pasar," imbuhnya.
Ia mengatakan, dalam sebulan dirinya bisa meraup omzet kotor hingga Rp20 juta dari usaha Tas Rajut itu.
"Harganya beragam Rp5 ribu hingga Rp50 ribu. Kalau omzet per bulan bisa Rp20 juta ya, tapi masih kotor belum potong bensin, upah rajut, bahan baku dan lainnya," paparnya. (*)